SANGATTA. Pemprov sudah berkomitmen menjadikan
Kalimantan Timur sebagai pusat agroindustri nasional, dengan
mengembangkan pembangunan yang berbasis sumber daya alam terbarukan
(renewable resources).
Terkait hal tersebut, dengan potensi lahan Kaltim yang
sangat luas, Pemprov berupaya mengembangkan sektor pertanian dalam arti
luas di kabupaten/kota dengan mengutamakan keunggulan komparatif
masing-masing daerah.
Menteri Pertanian, H Suswono, memberikan apresiasi kepada
Pemprov Kaltim yang berupaya mengubah strategi pembangunan dari yang
saat ini berbasis sumber daya alam tidak terbarukan (unrenewable
resources) menjadi berbasis sumber daya alam terbarukan (renewable
resources).
"Basis pertanian itu menjadi penting dan kita punya
potensi pertanian yang luar biasa. Mumpung belum terlambat, agar kita
bisa mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju di bidang
pertanian," ucap Suswono, pada kesempatan kunjungan kerja ke Kutai
Timur, Selasa (15/5).
Pada kesempatan itu, Menteri Pertanian bersama Dirjen
Peternakan dan Kesehatan Hewan, Syukur Iwantoro, yang didampingi Kepala
Bappeda Kaltim Rusmadi, Kepala Dinas Peternakan Kaltim Ibrahim dan
Kepala Dinas PU Kaltim HM Taufik Fauzi melakukan peninjauan ke lokasi
pembangunan Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Maloy.
Menurut Suswono, sebagai salah satu proyek yang masuk
dalam program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI), pekerjaan pembangunan KIPI Maloy memerlukan dukungan
dari semua pihak, baik pusat dan daerah.
"Semangat dari gubernur serta bupati/walikota untuk
mensukseskan program MP3EI di Kaltim sangat luar biasa, ditambah dengan
konektivitas jalan antar daerah yang dikembangkan tentu akan menimbulkan
multiplier effect bagi masyarakat," jelasnya.
Suswono menambahkan, MP3EI untuk koridor III wilayah
Kalimantan merupakan satu koridor yang memiliki nilai investasi terbesar
diantara sejumlah koridor yang telah ditetapkan. Dia menyebutkan
sekitar Rp740 triliun nilai investasi di koridor III, yang terdiri dari
52 proyek berjalan dari 262 proyek yang tercatat.
"Mudah-mudahan komitmen ini bisa terwujud, dan jika
dijalankan ditambah dengan adanya aktivitas ekonomi, maka akan terlihat
dampak positifnya terhadap masyarakat Kaltim," tambah Suswono, yang juga
selaku koordinator wilayah MP3EI koridor III Kalimantan.
Sebelumnya, Kepala Bappeda Kaltim, Rusmadi, menjelaskan
KIPI Maloy saat ini memiliki ketersediaan lahan 5.305 hektar, yang
terbagi menjadi dua wilayah, yakni 1.000 hektar di pelabuhan lama di
Teluk Golok, dan sisanya di pelabuhan baru yang sedang dikerjakan.
"Kami meminta dukungan penuh dari pemerintah pusat untuk
percepatan dan akselerasi pembangunan KIPI Maloy, khususnya dari Bapak
Menteri Pertanian yang merupakan Korwil Koridor III Kalimantan untuk
proyek MP3EI," jelasnya.
Dia menambahkan, perkebunan kelapa sawit di Kalimantan
pada umumnya dan Kaltim pada khususnya sangat potensial, dan merupakan
salah satu pendukung utama pengembangan KIPI Maloy pada tahun-tahun
mendatang.
"Kawasan ini menjadi perhatian utama bagi para investor.
Selain pengembangan KIPI Maloy, kawasan disekitarnya juga direncanakan
akan dijadikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), yang sudah didukung dengan
pembangunan infrastruktur dari investor di kawasan tersebut," tambahnya.
Selain meninjau lokasi pembangunan KIPI Maloy, rombongan juga melakukan
kunjungan ke kawasan Peternakan Sapi Terpadu (Pesat) yang merupakan
program corporate social responsibility (CSR) PT Kaltim Prima Coal (KPC)
di Desa Rantau Pulung, Kutai Timur.
Kunjungan tersebut juga diikuti oleh Rektor Institut Pertanian Bogor
(IPB), Herry Suhardiyanto, Bupati Kutai Timur, Isran Noor, beserta
jajarannya dan CEO PT KPC, Endang Ruchijat. (her/hmsprov)
SUMBER : HUMAS PROV. KALTIM