(0541)736852    (0541)748382    disbun@kaltimprov.go.id

Aren Genjah Dilirik Daerah Lain

30 Januari 2014 Admin Website Berita Daerah 8256
Aren Genjah Dilirik Daerah Lain

SANGATTA. Potensi aren genjah yang dibudidayakan masyarakat di Desa Kandolo, Kecamatan Teluk Pandan memiliki nilai ekonomi cukup baik. Bahkan komoditi ini mulai dilirik daerah lain, setelah dilakukan pengujian dan menjadi komodisi nasional.

"Ketika kita menerima tamu dari Kabupaten Tapin, Kalsel, mereka memesan sekitar 4 ribu bibit aren genjah. Kemudian kita salurkan ke petani di desa kandolo yang membudidayakan aren genjah di sana," kata Sekretaris Dinas Perkebunan (Disbun) Kutim Hormansyah.

Beberapa waktu lalu, mantan Camat Kaliorang ini juga langsung turun ke lapangan guna melihat secara langsunfg budidaya aren genjah tersebut. Bagaimana cara memanen dan mengolahnya, dengan tekon Hormansyah melihat proses petani memetik dan mengolahnya.

Menurutnya, tamu dari kabupaten Tapin yang datang ke Kutim, kebetulan dirinya yang menerimnya. Sebab, Kadisbun Akhmadi Baharuddin kebetulan sedang tugas luar daerah. Kemudian dirinya membawa tamu itu ke desa Kandolo untuk melihat budidaya aren genjah itu.

Karena penasaran, hormansyah terus menggali informasi keunggulan aren genjah dengan cara mendatangi kembali petani di Kandolo. Melalui diskusi berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan para petani, akhirnya Hormansyah menemukan jawaban. Ternyata satu pohon aren umur 5 tahun bisa meneteskan nira tiap hari antar 15 sampai 20 liter yang disadap tiap pagi dan sore hari. Kalau air nira itu dimasak untuk dibuat gula merah, dalam 5 liter nira bisa menghasilkan satu kilogram gula merah. Harga gula merah sekira Rp 20 ribu per kg. Artinya, satu pohon aren bisa menghasilkan 4 kg gula merah tiap hari dengan harga Rp 20 ribu kali 4 kg sama dengan Rp 80 ribu.

Jadi dalam sebulan petani aren genjah bisa memperoleh penghasilan Rp 2,4 juta. Itu kalau petani hanya memiliki satu pohon aren genjah yang sudah produksi. Bila petani memiliki lebih dari satu pohon aren genjah produksi. Tentunya hasilnya lebih banyak lagi.

"Mengenai harga jual, kalau sudah jadi gula merah (semut) tidak perlu khawatir. Pedagang asal Surabaya siap membeli dalam jumlah banyak. Yang penting, stok gula merah itu kontinyu ada. Jadi aren genjah dalam hitungan, nilai  ekonominya  tinggi daripada karet apalagi sawit," katanya.

SUMBER : VIVABORNEO, KAMIS, 30 JANUARI 2014

Artikel Terkait