Petani Terkendala Pupuk
02 November 2010
Admin Website
Artikel
5072
PENAJAM - Akhir-akhir ini kebun
kelapa sawit milik rakyat di Penajam Paser Utara cenderung megalami
penurunan produksi buah lantaran kurangnya volume pupuk yang harus
diberikan pada tanaman sawit. Hal ini diungkapkan Sugianto Sawit, salah
satu warga petani sawit beralamat di RT 23 Desa Girimukti, Kecamatan
Penajam, Penajam Paser Utara, kemarin.
Menurutnya, 85 persen produksi buah kelapa sawit
itu tergantung pada pemupukan, pupuk yang mencukupi kebutuhan bagi
tiap-tiap pohon sawit akan menghasilkan tandan buah segar (TBS) yang
besar, demikian sebaliknya bila kekurangan pupuk akan terjadi penurunan
produksi TBS.
“Biasanya dalam memanen sawit yang dihasilkan kebun
sawit kami mencapai 30-40 kilogram per tandan, karena dalam tenggang
waktu pemeliharaan sebelum masa panen selalu memberikan pupuk yang
cukup, dan pupuk yang dipergunakan adalah pupuk buah yaitu pupuk KCL.
Sementara pupuk KCL saat ini terbilang langka, meski ada dijual di
kios-kios harganya sangat mahal,” ungkap Sugianto.
Untuk itu lanjut dia perlu ada perhatian pemerintah
agar dapat menyediakan pupuk bersubsidi bagi petani. Ditambahkannya
pada musim panen bulan lalu kebun sawitnya yang berada pada lahan seluar
21 hektare tersebut sanggup menghasilkan buah seberat 50 ton setiap
kali panen, namun kini lantaran kekurangan pupuk untuk menyuburkan buah
maka panen yang dihasilkan angkanya berada dibawah 50 ton per sekali
panen,
Petani sawit yang tergabung pada Kelompok Tani
Sawit Sejahtera ini mengaku telah mempunyai pengalaman mengelola kebun
sawit di Malaysia selama 20 tahun, dan berdasarkan pengalaman dan
kemahirannya itulah pada 2002 ia kembali ke Tanah Air kemudian
menerapkan ilmunya dibidang kelapa sawit, dan sebelumnya tepatnya
1982-2000 mengelola perkebunan karet dan sawit di negeri jiran itu.
“Alhamdulillah dengan modal pengalaman di
negeri tetangga, sepulang dari sana saya mencoba membuka lahan seluas 21
hektare, kini sekitar 15 hektare yang sudah saya anggap berhasil,
sehinnga ada rencana untuk membuka lahan baru di Buluminung saya
rencanakan seluas kurang lebih 50 hektare lagi,” tuturnya.
Berkaitan dengan ini Sugianto meminta pada
pemerintah daerah melalui dinas terkait berupa bantuan bibit dan pupuk,
meski tidak gratis, namun ia sanggup mengembalikan berapa anggaran yang
ditetapkan. Hanya saja dirinya memohon kebijakan pemerintah agar dalam
pengembalian dana bantuan pupuk itu dikembalikan sedikitnya dalam tiga
tahap.
“Hingga kini kami masih mengelola kebun kelapa sawit secara swadaya dan sangat berharap sekali pihak pemerintah dan DPRD membantu permodalan berupa pupuk dan bibit. Selain itu bila ada asosiasi yang berskala daerah yang ingin mengajak bergabung kami bersedia untuk itu,” pungkasnya.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, SELASA, 2 NOVEMBER 2010