JAKARTA, DETIK. Sebanyak 7 investor asing yang berminat menanamkan investasi di
industri pengolahan kakao mempertanyakan komitmen pemerintah dalam
menerapkan kebijakan bea keluar (BK) kakao. Mereka pun kini masih ragu
dengan rencana investasinya di Indonesia.
Penerapan BK kakao per 1
April 2010 telah mampu menggenjot produksi industri pengolahan coklat
dalam negeri dan berhasil menyedot minat investor asing yang ingin
membangun pabrik olahan kakao di Indonesia.
Dirjen Industri
Berbasis Agro Kementerian Perindustrian Benny Wachjudi mengatakan adanya
BK kakao telah memantapkan jaminan suplai bahan baku biji coklat atau
kakao di dalam negeri. Sehingga tidak mengherankan para investor asing
yang berminat mempertanyakan kelanjutan kebijakan tersebut yang
merupakan kewenangan kementerian keuangan.
"Mereka menunggu
kepastian apakah pemerintah konsisten menerapkan BK kakao, karena sesuai
permenkeu dalam 6 bulan (setelah 1 April 2010) akan ditinjau kembali,"
katanya di kantornya, Senin (18/10/2010)
Benny menuturkan
investor-investor itu antara lain ADM Cocoa Singapura, Guanchong Cocoa
Malaysia, Olam International Singapura, Cargill Amerika Serikat, Mars
Amerika Serikat, Armajaro Inggris dan Ferrero Italia. Sebagian sudah ada
yang datang ke Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) diantaranya
menanyakan kelanjutan kebijakan BK.
Benny menambahkan dari sekian
investor, khususnya pemain lokal saat ini yang benar-benar
merealisasikan investasi khususnya peningkatan produksi adalah PT
Bumitangerang Mesindotama yang akan meningkatkan produksinya dari 40.000
ton per tahun menjadi 80.000 ton kakao olahan.
"Yang lain saya belum lihat hitam diatas putih," katanya.
DIKUTIP DARI DETIK, SENIN, 18 OKTOBER 2010