SENDAWAR - Bervariasinya harga karet yang cenderung
menurun dan alat timbangan pembeli yang dinilai tidak akurat masih
dikeluhkan petani karet di Kutai Barat (Kubar). Mereka meminta
pemerintah tegas terhadap pembeli karet yang sering merugikan petani.
“Saya melihat transaksi karet di Kubar kok semakin merugikan petani.
Ini harus segera disikapi pemerintah,” kata Hanyeq, warga Kecamatan
Barong Tongkok kepada harian ini, Senin (25/4) kemarin.
Dia menyarankan pemeriksaan alat timbang pembeli karet yang sering
merugikan petani. “Coba lihat kasus balita tewas terpanggang di Kampung
Lambing, Kecamatan Muara Lawa, Sabtu (23/4) tadi, karena ditingalkan
ibunya menores karet,” ungkap dia. Kejadian itu mestinya menyetuh
perasaan pembeli karet yang tega mengurangi berat karet petani.
Hal senada diungkapkan Zainuddin, warga Melak. Dia mengakui, harga
karet juga bervariasi. Ada pembeli yang membeli karet petani Rp 13 ribu
ada juga Rp 12.900 per kg. “Kenapa bisa beda? Mestinya seragam,” saran
dia.
Terpisah, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah (Disperindagkop dan UKM) Kubar Milon mengakui, ada
laporan petani soal timbangan itu. “Bahkan ada laporan yang saya terima
satu karung itu sampai 6 kg kurangnya. Kenapa bisa begini?” tegas
Milon. Tapi menera ulang alat timbangan pembeli karet, diakuinya sangat
sulit. Karena pembeli karet berpindah-pindah dari kampung satu ke
kampung lainnya.
Meski demikian dia berharap pembeli karet yang mayoritas warga Kubar
menera ulang alat timbangan masing-masing. Juli 2011 ini Disperindagkop
dan UKM Kubar kembali melakukan tera ulang dengan melibatkan Petugas
Balai Metrologi Samarinda. Kegiatannya, di Kecamatan Melak, Barong
Tongkok, Linggang Bigung, dan Damai.
“Saya mohon para camat nanti mengkoordinir pedagang atau pembeli karet
untuk datang membawa alat timbangannya,” kata dia. Upaya tera ulang ini
sudah beberapa kali dilakukan di Kubar, namun masih banyak pedagang
yang tidak menerakan alat timbangannya.
Menanggapi Ketua Asosiasi Penampung Karet Kubar Rinatang agar
pemerintah juga melakukan pengecekan alat timbang di pabrik luar daerah
Milon tegas menolak karena tidak ada kewenangan.
Seperti diberitakan, harga karet di petani sepekan ini bertahan di
angka Rp13 ribu per kg. Untuk harga karet minggu berikutnya, belum
dapat diprediksi. Namun berdasarkan Ketua Asosiasi Penampung Karet
Kubar Rinatang, ada kecenderungan menurun.
“Tapi ini baru informasi sekilas saja tepatnya belum. Kita masih
menunggu, beberapa nanti nanti apakah turun harganya atapun malah
naik,” kata Rinatang saat dihubungi media ini saat ditanya harga karet
di Kubar dalam sepekan ini, Minggu (24/4).
Rinatang mengusulkan, langkah pemerintah memeriksa timbangan pembali
karet itupun tidak saja dilakukan kepada semua pembeli karet tapi semua
pedagang di Kubar. Seperti pedagang di toko-toko atau pasar-pasar.
“Terlebih lagi, kita harapkan bisa mengukur alat timbang di pabrik
pembali karet,” tegas dia. Karena selama ini, karet petani yang dijual
ke pabrik di Banjarmasin, pihak pembeli dari Kubar ini tidak pernah
diperlihatkan hasilnya. Truk beserta muatan karet yang ditimbang di
pabrik menggunakan sistim digital itu, pembeli dari Kubar tidak pernah
melihat layarnya. “Kami hanya diberi catatan tulisan tangan,” ungkapnya.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, SELASA, 26 APRIL 2011