Petani dan Perusahaan Resah
17 Februari 2009
Admin Website
Artikel
3708
#img1# Munculnya ancaman tersebut akibat jalan trans Kalimantan yang berada di wilayah Kutim maupun Berau mengalami rusak parah. Kemudian kendaraan pengangkut CPO dari Kutim dituding sebagai penyebab utama kerusakan dimaksud. Walaupun sebenarnya ada kendaraan perusahaan lain yang mengangkut alat berat juga turut serta.
Manajemen PT Swakarsa Sinar Sentosa, Abdul Halim Johar, mengungkapkan hal itu ketika menghadiri rapat dengan jajaran Pemkab Kutim menanggapi surat yang dilayangkan Bupati Berau.
"Pemkab Kutim harus mengambil sikap dengan ancaman yang disampaikan Pemkab Berau tersebut. Setidaknya kita harus secepatnya mempersiapkan pelabuhan Maloy untuk pengangkutan CPO di seluruh Kutim. Selain itu, perbaikan jalan secepatnya juga harus dilakukan, sehingga transportasi bisa kembali normal," kata Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Kutim, Syafruddin Achmad, ketika memimpin pertemuan itu mewakili Bupati Kutim, kemarin.
Pertemuan tersebut dihadiri sejumlah pejabat terkait. Yakni Kadisbun Achmadi Baharuddin, Kadis Koperasi Abiwahyu Hanafi, Camat Telen Yusuf Samuel, Camat Sangkulirang M Alfian. Berikut Kabag Ekonomi Rusdiana, Wakil Kadis PU Rory Taufani, Kasubdin Bina Marga Teguh dan lainnya.
Jika kondisi jalan terus dalam kondisi rusak, dikhawatirkan pengangkutan CPO semakin terganggu. "Selama ini sudah menurun drastis, dari 18 kali sehari menjadi 6 kali. Akibatnya perusahaan merugi, demikian juga masyarakat petani sawit ikut terganggu pendapatannya," kata mantan Kadisbun Kutim Abdul Halim Johar yang saat ini bergabung di manajemen PT Swakarsa tersebut.
Yang jelas menurut Dudung panggilan akrab Abdul Halim Johar, multiplayer efek yang dirasakan masyarakat cukup besar. Sebab, armada angkutan itu hampir seluruhnya milik masyarakat sedangkan perusahaan hanya menyewa. Jika Pemkab Berau benar-benar menyetop jalan, tentunya perlu dicarikan solusi terbaiknya.
Alternatif yang ditempuhnya adalah transportasi melalui sungai. Namun jika air surut akan mengalami kendala karena kapal tidak bisa lewat dengan baik terutama di riam kawasan Batu Ampar. "Transportasi sungai jika air pasang saja. Kalau air surut tentunya kembali menggunakan kendaraan darat," tambah Dudung.
Pemkab Kutim secepatnya bakal melakukan koordinasi dengan Pemkab Berau mengenai angkutan CPO tersebut. Selain itu juga bakal mengirimkan surat ke Gubernur untuk melakukan mediasi agar masalah ini bisa secepatnya ditangani dai diselesaikan dengan baik.
Selain itu, Pemkab juga terus mempersiapkan pelabuhan Maloy untuk angkutan CPO bagi seluruh perusahaan perkebunan sawit di Kutim ke depan. Sebab, dua atau lima tahun ke depan, produksi CPO di Kutim bakal baik lagi karena saat ini produksi semakin meningkat. Kermudian mengingat kebun sawit rakyat yang setiap tahun juga bertambah, berarti produk TBS juga semakin meningkat lagi.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, SELASA, 17 PEBRUARI 2009