Terpaksa Jual Murah Daripada Busuk
Para petani tak bisa berbuat banyak. Jika tak menjual buah sawit mereka, beban perawatan kebun akan semakin tinggi. Sementara buah yang tak terjual akan membusuk.
"Kami tak bisa berbuat banyak. Karena alasan tengkulak juga masuk akal. Mereka juga mengaku rugi. Berat buah menyusut karena harus antre berhari-hari saat masuk ke pabrik," tutur Romi salah satu petani sawit di Long Ikis.
Semakin mahalnya biaya perawatan kebun membuat penghasilan petani menurun jika dibandingkan beberapa bulan lalu. "Daripada membusuk dan tak laku dijual, kami merelakan buahnya dihargai rendah," kata Romi.
Memang dari luas wilayah perkebunan sawit yang ada di Paser, masih berbanding terbalik dengan jumlah PMS yang ada. Melihat kondisi ini, beberapa elemen masyarakat menilai perlu adanya campur tangan pemerintah untuk mencari solusi. Seperti pembangunan pabrik khusus petani rakyat.
Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) Paser menilai pembangun pabrik pengolahan TBS sawit khusus mengakomodasi kebutuhan petani kelapa sawit rakyat bersifat mendesak.
"Selama belum ada pabrik pengolahan TBS khusus petani rakyat, maka kesejahteraan petani sulit diraih sehingga secara tidak langsung menghambat pembangunan," kata Panji, salah satu pengurus SPKS Paser.
Dikatakannya, pabrik pengolahan sawit yang ada baru bisa mengakomodasi kebutuhan hasil sawit milik perusahaan perkebunan. Ini dibuktikan dengan antrena panjang TBS milik petani. Pabrik lebih mengutamakan hasil dari perkebunannya.
"Petani harus mengantre berhari-hari baru bisa diproses. Tentu ini sangat merugikan, karena kualitas buah jadi jelek dan menurunkan harga jual," tambahnya.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, SABTU, 15 SEPTEMBER 2012