
JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan bea keluar (BK)
produk minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) pada September
tahun ini akan dipangkas menjadi 9% dari 10,5% pada Agustus untuk
meningkatkan pendapatan ekspor.
"Penurunan BK akan mendorong
pendapatan ekspor akibat pelemahan harga komoditas. BK akan dipangkas
dari 9% pada bulan depan dari 10,5% di bulan ini," kata Direktur
Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan Kementerian Perindustrian
(Kemenperin), Faiz Achmad, di Jakarta, Jumat (23/8).
Indonesia, menurut Faiz, akan memperbarui BK dan harga patokan ekspor pada setiap bulan.
"Pembaruan
BK serta harga patokan ekspor berdasarkan perkembangan tingkat harga
rata-rata di Kuala Lumpur, Rotterdam dan Jakarta. BK akan ditetapkan
pada 9% jika harga berada pada kisaran US$800 sampai dengan US$850 per
ton," paparnya.
Sedangkan Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha
Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil Hasan mengatakan, harga CPO tidak
akan menunjukkan tren kenaikan karena meningkatnya stok CPO Indonesia
dan Malaysia. Hal ini akan diperburuk dengan meningkatnya hasil panen
kedelai di Brasil, Argentina dan Amerika.
"Peraturan biodiesel
anti dumping duties yang diberlakukan Uni Eropa terhadap Argentina akan
menjadi faktor harga kedelai menjadi murah. Harga kedelai yang murah
otomatis akan mempengaruhi harga CPO yang selama ini hanya menjadi
substitusi kedelai bagi negara Uni Eropa dan Amerika," ujarnya.
Fadhil menambahkan, harga CPO pada Agustus ini masih bergerak di kisaran US$820 sampai dengan US$855 per ton.
"Harga
CPO Rotterdam diperkirakan berada pada rata-rata sekitar US$852 per ton
dengan harga patokan ekspor sekitar US$781 per ton. Pasar CPO dunia
diprediksi relatif stagnan sepanjang Agustus dan September 2013,"
tandasnya.
DIKUTIP DARI IMQ, JUMAT, 23 AGUSTUS 2013