Sawit Jadi Produk Perkebunan Unggulan Kaltim
SAMARINDA. Sawit menjadi produk perkebunan unggulan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Dari 16 komoditas perkebunan di Kaltim, sawit menjadi komoditas paling unggul. Baik dari jumlah sebaran di kabupaten/kota, luasan hektare, hingga produktivitas per tahun.
Hal itu disampaikan Kepala Bidang Pengembangan Komoditi Dinas Perkebunan (Disbun) Kaltim, Bambang Fajrul Falah. “Sawit memang yang paling banyak. Hampir di seluruh daerah ada. Kecuali Samarinda, Bontang, dan Balikpapan,” ujarnya, Rabu (15/1) lalu.
Bambang menyebut, sawit mendominasi hingga 88 persen dari 1,3 juta hektar lahan perkebunan di Kaltim. Baik yang dikelola oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat. Dari data yang dikelola Disbun Kaltim, tahun 2018 produktivitas sawit mencapai 2,8 juta ton.
Sementara angka sementara 2019, produktivitas sawit meningkat hingga 3,1 juta ton dalam setahun. Disbun memprediksi, pada 2020 produktivitas sawit meningkat hingga 3,3 juta ton.
Bambang mengatakan ia bersama pihaknya akan terus meningkatkan produktivitas sawit di Kaltim. Apalagi ia menyebut, saat ini pemerintah sedang fokus mengembangkan produk B30 dari CPO. Sehingga, kebutuhan akan komoditi ini tentu lebih banyak.
“Selama ini kan kita selalu ekspor. Nah dengan kebijakan B30 ini, kemungkinan akan diolah di dalam negeri,” tuturnya. Ia menambahkan saat ini, Kaltim masuk dalam tujuh besar daerah penghasil sawit di Indonesia.
Bambang juga menjelaskan, luas lahan perkebunan Kaltim secara keseluruhan mencapai 2,6 juta hektare. Namun baru 1,3 juta hektare yang sudah ditanam. “Jadi ke depan harus dipercepat untuk mengelola sisanya 1,3 juta hektar lagi,” katanya bertekad.
Ia menyebut, sektor perkebunan menjadi penyumbang terbesar devisa negara. Pertama adalah sawit dengan produk CPO-nya. Dan kedua, adalah produksi karet yang menjadi penyumbang devisa negara terbesar ke empat.
“Sawit itu kalau bisa ditanam di Eropa dan Amerika, mereka sudah tanam. Tapi kan gak bisa hidup. Cuma bisa hidup di Indonesia dan Malaysia. Bisa tumbuh sedikit di Papua Nugini dan Costa Rica. Ini tanaman luar biasa yang Allah kasih buat kita,” ujar Bambang.
Ia pun berharap ke depan, Kaltim tidak hanya memproduksi bahan mentah sawit. Namun sudah bisa membangun hirilisasi sektor perkebunan sawit.
“Seharusnya memang kita sudah membangun industri hilir di Kaltim, untuk sektor perkebunan sawit. Jadi kita gak jual CPO-nya aja. Tapi udah jual minyak goreng, mentega, butter, sabun, sampo. Bayangkan, sudah berapa turunan itu?”
Bambang menyebut, regulasi pemerintah pusat belum memberikan izin pembangunan hilirisasi industri sawit di Kaltim. Industri masih terfokus di Pulau Jawa. Bambang menduga, banyaknya jumlah penduduk dan upah tenaga kerja yang lebih murah di Jawa, menjadi pertimbangan pemerintah pusat.
Namun Bambang menjelaskan, di Kawasan Ekonomi Khusus Kariangau sudah dibangun dua pabrik minyak goreng. “Tapi itu sifatnya grup aja. Belum secara keseluruhan,” tutupnya. (krv/eny)
SUMBER : DISWAY KALTIM, 20 JANUARI 2020