Sagu Bisa Menjadi Bahan Pangan Alternatif
SAMARINDA. Tanaman Sagu (Metroxylon sagu) layak dipilih sebagai sumber pangan karbohidrat alternatif guna mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap konsumsi beras. Sagu umumnya tumbuh di daerah tropis dan bergambut. Sagu bisa tumbuh dengan baik di Sumatera, Kalimantan, Maluku dan Sulawesi serta Papua.
Keungulan sagu sebagai sumber karbohidrat alternatif karena dalam 100 gram pati sagu mempunyai kandungan energi 357 kalori sedangkan beras 366 kalori atau jagung 349 kalori serta lebih tinggi dari kentang, yakni 71 kalori.
Menurut Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) Kaltim H Fuad Asadin, sagu dapat dikembangkan sebagai salah satu sumber pangan alternatif sekaligus lumbung pangan hidup karena bentuk pohon ini dapat bertahan lama.
Selain itu, setiap pohon sagu mampu menghasilkan pati sekitar 400 kilogram. Sagu pun telah menjadi bahan baku industri makanan. Misalnya, diolah menjadi biscuit, mie dan roti serta kerupuk.
"Selain sebagai pangan yang dapat menggantikan beras, sagu juga memberikan manfaat ekonomis. Pati sagu dijadikan bahan tekstil, perekat dan farmasi, sedangkan ampas menjadi bahan campuran pakan ternak maupun arang bakar," jelas Fuad Asadin.
Termasuk kulit pohon yang dapat dijadikan bahan lantai dan pelepah daun sebagai bahan atap, dinding rumah maupun kerajinan masyarakat. Walaupun selama ini sagu masih banyak dikenal dan diolah sebagai makanan khas daerah.
Secara umum sagu memiliki potensi yang besar terhadap teknologi tepat guna bagi usaha pedesaan, baik teknologi budidaya untuk menghasilkan produktivitas optimal maupun teknologi pasca panen pola pengolahan dan penyimpanan efesien serta teknologi pengembangan.
"Di wilayah kita terdapat lahan puluhan ribu hektare yang sulit untuk pengembangan tanaman pangan lainnya namun sesuai untuk tanaman sagu. Diperkirakan mampu menghasilkan puluhan juta ton pati sagu sebagai sumber karbohidrat untuk menunjang ketersediaan pangan masyarakat," ungkap Fuad Asadin. (yans/hmsprov)
SUMBER : HUMAS PROV. KALTIM