JAKARTA. Pihak pemerintah menanggapi positif langkah Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) keluar dari forum Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Justru dengan Gapki keluar yang dirugikan adalah RSPO, posisi Indonesia
sangat menentukan karena sebagai produsen dan eksportir sawit terbesar
di dunia.
Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi mengatakan
mundurnya Gapki adalah pilihan organisasi tersebut. Pemerintah hanya
mewajibkan produsen sawit Indonesia harus masuk dalam Indonesia
Sustainable Palm Oil (ISPO).
"Bagi pemerintah, yang wajib itu
ISPO. RSPO itu sukarela sifatnya, diserahkan ke masing-masing perusahaan
dan organisasi atau asosiasi seperti Gapki untuk ikut atau tidak," kata
Bayu kepada detikFinance, Rabu (5/9/2011).
Bayu
menuturkan mundurnya Gapki dari keanggotaan RSPO bisa diartikan bahwa
forum RSPO selama ini tidak bisa memberikan manfaat yang cukup bagi
anggotanya untuk bertahan.
"Tapi menurut saya, Gapki keluar, RSPO
yang rugi karena Gapki adalah organisasi dari negara produsen dan
eksportir sawit terbesar," katanya,
Seperti diketahui Gapki
sebagai asosiasi resmi mengundurkan diri dari keanggotaan RSPO 29
September 2011. Langkah ini mendapat dukungan dari Asosiasi Pemilik
Perkebunan Minyak Sawit Serawak (SOPPOA) di Malaysia.
Sekjen
Gapki Joko Supriyono menegaskan Gapki keluar dari RSPO sebagai asosiasi
produsen sawit di Indonesia. Sementara keanggotaan RSPO para anggota
Gapki yang sudah masuk RSPO masih tetap. Joko menambahkan memberikan
kebebasan kepada anggota Gapki untuk tetap atau keluar dari RSPO karena
itu hak anggotanya.
"Anggota Gapki yang sudah menjadi anggota
RSPO, mau keluar atau tetap di RSPO silahkan saja, yang keluar Gapki
sebagai asosiasi," jelasnya.
Menurutnya dengan Gapki keluar dari
RSPO tak akan mengubah konstelasi forum RSPO yang saat ini sudah ada,
termasuk tak mempengaruhi perdagangan sawit anggota Gapki di Eropa.
Namun dari sisi Gapki, akan berdampak tak lagi mengikuti acara-acara
yang digelar oleh RSPO termasuk mengikuti kesepakatan yang dilakukan
RSPO.
RSPO merupakan asosiasi nirlaba yang menyatukan kepentingan
tujuh sektor industri kelapa sawit. Anggota RSPO berasal dari berbagai
sektor, dari produsen produk konsumen, produsen kosmetik, pengolah dan
pedagang kelapa sawit, penyedia jasa keuangan, peritel, sampai dengan
lembaga swadaya masyarakat.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, RABU, 5 OKTOBER 2011