RI Upayakan CPO dan Karet Masuk Daftar Produk Ramah Lingkungan
23 Juni 2013
Admin Website
Berita Nasional
3741
MEDAN. Pemerintah mengajukan 19 inisiatif dalam
rangkaian Senior Officials Meeting (SOM) APEC di Indonesia, dan sebagian
besar sudah menjadi konsensus. Tetapi 2 lagi masih belum lolos, dan
salah satunya inisatif memasukkan CPO dan karet alam sebagai produk
ramah lingkungan.
Staf Ahli Menteri Luar Negeri RI yang juga Wakil Ketua SOM APEC, M Wahid Supriyadi menyatakan, Indonesia tetap berusaha agar produk turunan kelapa sawit yakni Crude Palm Oil (CPO) dan karet menjadi pembahasan Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC). Dalam pertemuan SOM III yang berlangsung di Medan, Sumatera Utara (Sumut), hal ini terus diupayakan.
"Kita berkepentingan agar CPO dan karet dinyatakan sebagai produk yang ramah lingkungan. Memang tidak mudah, karena masih ada persepsi yang tidak sama," kata Wahid dalam keterangan pers usai pembukaan SOM III APEC di Hotel Santika Dyandra, Jalan Kapten Maulana Lubis, Medan, yang dikutip Minggu (23/6/2013).
Jika CPO dan produk karet sudah masuk dalam produk ramah lingkungan, dan disepakati ekonomi APEC, maka tarif masuk yang dikenakan untuk produk CPO dan karet dari Indonesia akan rendah. Dengan demikian harga jual produk ekspor Indonesia juga tidak mahal lagi di luar negeri.
Selama ini, kata Wahid, kedua jenis produk itu mahal karena dikenakan bea masuk atau tarif yang tinggi. Hal itu dikarenakan status CPO dan karet yang dianggap tidak ramah lingkungan. Masih ada informasi yang keliru, yang menyatakan setelah 30 tahun tanah bekas tanaman sawit tidak bisa lagi ditanami. Padahal, ujar Wahid, hal itu tidak benar.
"Dalam pertemuan SOM III ini, juga diadakan field trip ke perkebunan sawit, agar para delegasi melihat langsung bagaimana sawit dan karet di Indonesia. Itu semua produk turunan sawit itu bisa dipergunakan dan lahan bekas tanaman sawit tetap subur," katanya.
Wahid tak menampik besarnya kepentingan Indonesia terhadap pengakuan ramah lingkungan ini. Upayanya juga tidak mudah. Pertemuan atau SOM III APEC ini hanyalah salah satu upaya, masih ada forum internasional lain yang menjadi target pemerintah.
SOM III APEC yang diikuti sekitar 2.500 delegasi, berlangsung mulai 22 Juni hingga 6 Juli mendatang. Pertemuan ketiga ini mengagendakan 68 pertemuan yang sebagian di antaranya lanjutan dari SOM I di Jakarta dan SOM II di Surabaya. Seluruh hasil pertemuan SOM akan menjadi rekomendasi dalam pertemuan puncak APEC di Bali Oktober mendatang.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, MINGGU, 23 JUNI 2013
Staf Ahli Menteri Luar Negeri RI yang juga Wakil Ketua SOM APEC, M Wahid Supriyadi menyatakan, Indonesia tetap berusaha agar produk turunan kelapa sawit yakni Crude Palm Oil (CPO) dan karet menjadi pembahasan Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC). Dalam pertemuan SOM III yang berlangsung di Medan, Sumatera Utara (Sumut), hal ini terus diupayakan.
"Kita berkepentingan agar CPO dan karet dinyatakan sebagai produk yang ramah lingkungan. Memang tidak mudah, karena masih ada persepsi yang tidak sama," kata Wahid dalam keterangan pers usai pembukaan SOM III APEC di Hotel Santika Dyandra, Jalan Kapten Maulana Lubis, Medan, yang dikutip Minggu (23/6/2013).
Jika CPO dan produk karet sudah masuk dalam produk ramah lingkungan, dan disepakati ekonomi APEC, maka tarif masuk yang dikenakan untuk produk CPO dan karet dari Indonesia akan rendah. Dengan demikian harga jual produk ekspor Indonesia juga tidak mahal lagi di luar negeri.
Selama ini, kata Wahid, kedua jenis produk itu mahal karena dikenakan bea masuk atau tarif yang tinggi. Hal itu dikarenakan status CPO dan karet yang dianggap tidak ramah lingkungan. Masih ada informasi yang keliru, yang menyatakan setelah 30 tahun tanah bekas tanaman sawit tidak bisa lagi ditanami. Padahal, ujar Wahid, hal itu tidak benar.
"Dalam pertemuan SOM III ini, juga diadakan field trip ke perkebunan sawit, agar para delegasi melihat langsung bagaimana sawit dan karet di Indonesia. Itu semua produk turunan sawit itu bisa dipergunakan dan lahan bekas tanaman sawit tetap subur," katanya.
Wahid tak menampik besarnya kepentingan Indonesia terhadap pengakuan ramah lingkungan ini. Upayanya juga tidak mudah. Pertemuan atau SOM III APEC ini hanyalah salah satu upaya, masih ada forum internasional lain yang menjadi target pemerintah.
SOM III APEC yang diikuti sekitar 2.500 delegasi, berlangsung mulai 22 Juni hingga 6 Juli mendatang. Pertemuan ketiga ini mengagendakan 68 pertemuan yang sebagian di antaranya lanjutan dari SOM I di Jakarta dan SOM II di Surabaya. Seluruh hasil pertemuan SOM akan menjadi rekomendasi dalam pertemuan puncak APEC di Bali Oktober mendatang.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, MINGGU, 23 JUNI 2013