RI Berambisi Jadi Produsen Kakao Terbesar Dunia di 2014
Jakarta -
Indonesia optimistis menjadi negara produsen kakao terbesar di dunia
pada tahun 2014. Optimisme ini karena Indonesia telah memulai peremajaan
perkebunan kakao melalui gerakan nasional (gernas) kakao pada tahun
2009.
Saat ini Indonesia tercatat sebagai negara produsen biji
kakao ketiga di dunia. Menurut data International Cocoa Organization
(ICCO) 2009. Posisi pertama Pantai Gading 1,22 juta ton per tahun atau
memegang pangsa pasar 38,7%. Posisi kedua Ghana dengan produksi 680.000
ton atau 21,6%, dan Indonesia 540.000 ton atau 16,2%.
Ia
menjelaskan dengan dimulainya program Gernas kakao yang sudah dimulai
tahun lalu, maka pada tahun 2012 sudah akan terlihat peningkatan
produksi sesuai dengan karakteristik tanaman kakao selama 3 tahun.
Produksi per hektar akan meningkat dari 500 kg per hektar menjadi 1.300
kg per hektar.
"Dengan adanya Gernas, produktivitasnya akan
mencapai dua kali lipat atau lebih. Ini akan bisa menempatkan kita nomor
satu atau dua dari posisi sekarang. Itu akan tercapai di tahun 2014,"
kata Wamendag Mahendra Siregar di kantornya, Jakarta, Rabu (29/9/2010)
Ia
menambahkan berdasarkan proyeksi organisasi kakao dunia, setiap
tahunnya permintaan kakao dunia selalu naik 4% per tahun. Meski
permintaan selalu naik namun belum banyak negara yang meningkatkan
kapasitas produksi kakaonya.
Berdasarkan data kementerian
perdagangan data nilai ekspor biji dan produk kakao Indonesia dari
Januari-Juli 2010 mencapai US$ 977 juta atau naik dari periode yang sama
pada tahun 2009 yang hanya US$ 670 juta.
Sementara volume ekspor
pada periode Januari-Juni 2010 mencapai 236.000 ton atau naik dari
periode yang sama pada tahun 2009 lalu yang hanya 218.000 ton, sementara
total ekspor kakao 535.000 ton.
"Hampir 80% lebih itu adalah biji kakao (yang diekspor)," katanya.
Keanggotaan Produsen Kakao 2011
Mahendra
juga menuturkan diharapkan pada tahun 2011 Indonesia sudah masuk dalam
organisasi produsen kakao dunia atau International Cocoa Organization
(ICCO). Saat ini Indonesia sedang mengurus proses keanggotaan dan
pemerintah sudah mengalokasikan anggaran di tahun fiskal 2011.
"Awal 2011 ya, karena berkaitan dengan tahun fiskal," jelasnya.
Proses
keanggotaan ICCO, lanjut Mahendra, saat Indonesia sedang dalam tahap
ratifikasi dalam standar prosedur keanggotaan dan akan dilakukan
agreement.
"Keanggotaan Indonesia di ICCO, agar Indonesia
berperan di kancah internasional dan memberikan kesempatan dalam
menentukan arah perkakaoan di dunia internasional," katanya.
DIKUTIP DARI DETIK, RABU, 29 SEPTEMBER 2010