Jakarta -
Industri sawit Indonesia menduduki peringkat pertama di dunia dari sisi
produksi dan ekspor. Namun ternyata 22% lahan perkebunan kelapa sawit
di Indonesia dikuasai oleh Malaysia.
Hal ini disampaikan oleh
Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI)
Sahat Sinaga dalam diskusi kelapa sawit di Hotel Le Meredien, Jakarta,
Kamis (27/1/2011).
"Sebanyak 22% lahan perkebunan kelapa sawit
ini dimiliki oleh Malaysia. Jadi Indonesia jangan sombong menjadi negara
penghasil kelapa sawit terbesar pada 2010," ungkap Sahat.
Berdasarkan
data Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), luas kebun
kelapa sawit Indonesia di 2010 secara keseluruhan adalah seluas 7,796
juta hektare yang dibagi menjadi 3 berdasarkan kepemilikannya, yaitu
perkebunan negara, swasta, dan rakyat.
Perkebunan negara seluas
676 hektare atau 8,47%, perkebunan swasta seluas 3,5 juta hektare atau
43,88%, dan perkebunan rakyat 3,8 juta hektare atau 47,65%.
Jika
perkebunan swasta seluas 3,5 juta hektare, maka 22% dari lahan seluas
tersebut adalah 770 ribu hektare. Jika asumsi produktifitas lahan swasta
sama dengan produktifitas lahan negara, yaitu sebesar 20-25
ton/hektare/tahun, maka yang diperoleh oleh Malaysia adalah sekitar 15,4
ribu ton-19,25 ribu ton/tahun.
Sulit Capai Produksi 40
Juta Ton
Sekjen Apkasindo Asmar Arsjad mengatakan,
target produksi kelapa sawit Indonesia sebesar 40 juta ton di 2020 sulit
terealisasi karena banyaknya tanaman sawit tua yang produktivitasnya
menurun.
"Saya agak pesimistis target 40 juta ton pada 2020 ini
bisa dicapai. Hal ini karena banyak sawit perkebunan rakyat yang sudah
tua tanamannya, sehingga produktivitasnya juga turun," ungkapnya.
Arsjad
juga menambahkan untuk bibit sawit diperlukan subsidi dari pemerintah.
Namun, pada kenyataannya, tidak ada subsidi dari pemerintah.
"Siapa yang mau beli bibit? Satunya saja Rp 8 ribu, sementara subsidi
dari pemerintah tidak ada," pungkasnya.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, KAMIS, 27 JANUARI 2011