Produksi CPO Diprediksi 32,5 Juta Ton
02 Desember 2014
Admin Website
Berita Nasional
4187
BANDUNG. Produksi minyak kelapa sawit atau crude palm oil diprediksi melambat pada tahun
depan karena pengaruh El Nino yang menyerang negara produsen komoditas itu pada
Juli-Oktober 2014 kendari tetap tumbuh melebihi produksi tahun ini.
Analis dari Oil World Thomas Mielke memprediksi
ketersediaan CPO asal Indonesia dan Malaysia akan menipis imbas kekeringan
akibat El Nino yang melanda Juli-Oktober tahun ini, sehingga permintaan
terhadap minyak biji-bijian lebih mendominasi.
Di sisi lain, ketergantungan minyak yang bersumber
dari biji seperti kedelai akan meningkat karena Argentina dan Brasil yang
menjadi daerah penghasil komoditas itu memberi sinyal bakal menaikkan produksi.
"Ada banyak suplai dari biji minyak, tapi dalam minyak
sayur (minyak kelapa sawit) sedikit. Malah, stok akan menyusut di awal musim
depan," katanya di ajang Indonesian Palm
Oil Conference Jumat (28/11).
Mielke berharap dorongan produksi minyak
biji-bijian bisa membuat masa panen kelapa sawit buruk selesai, sehingga produksi dapat kembali naik hingga akhir tahun depan.
Dia memprediksi produksi CPO akan tetap tumbuh
sedikit di Indonesia sampai akhir 2015 dengan harapan ada peningkatan kebutuhan
atas mandatory biodiesel mengingat
kebutuhan domestik terhadap konsumsi CPO dalam negeri hanya juta ton.
Mielke menilai kebutuhan penduduk di dunia terhadap
minyak akan meningkat seiring pertumbuhan penduduk yang dipengaruhi variabel
peningkatan pendapatan dan semakin banyaknya penduduk kelas menengah.
"Yang saya harapkan (produksi) di Indonesia akan menjadi
41,70 juta ton di 2020 dan 51 juta ton di 2025 dengan adanya ekspansi lahan 6
juta ha dalam 10 tahun ke depan," tegasnya.
Prediksi yang sama dikemukakan Direktur Eksekutif
GAPKI Fadhil Hasan.
Menurutnya, target produksi CPO sebesar 32,5 juta
ton di dalam negeri masih realistis karena beberapa faktor.
"Penjualan benih sudah cukup tinggi di 2012,
kemudian pohon sudah mulai berbuah dan sebenarnya peningkatan produksi ini lebih
rendah dari yang terjadi 2012 ke 2013," katanya.
Dengan 325 juta ton, Fadhil memerinci estimasi
ekspor CPO dan produk turunannya mencapai 21,6 juta ton dan konsumsi domestik,
termasuk didalamnya pemakaian biodiesel yaitu 10,7 juta ton pada tahun depan.
Harga CPO dapat berada di kisaran US$ 740-US$800
(CIF Rotterdam) pada tahun depan tetapi angka itu tetap bergantng pada
pertumbuhan ekonomi di India, China dan panen minyak sayur dan minyak minyak
biji-bijian.
TARGET MELESET
Dorab E. Mistry, Direktur dari Godrej International
Limited, memprediksi produksi CPO dalam negeri tidak akan melebihi 31,5 juta
ton pada tahun depan karena siklus produksi yang sudah terasa melambat pada
awal Novemebr 2014.
Menurutnya, kekeringan juga membuat produksi CPO
dalam negeri tidak akan melebihi 30 juta ton tahun ini atau meleset dari target
awal yang dicanangkan dapat mencapai 31,5 juta ton.
Hal yang sama juga terjadi di Malaysia, yang
produksinya tidak akan melebihi 20 juta ton pada tahun ini dan tahun depan.
Dia mengatakan kisaran produksi CPO negeri Jiran itu
paling realistis berada antara 19,6 -19,8 juta ton saja.
"Stok akan memuncak pada akhir
Novemebr dan akan menurun kembali pada Juni 2015," katanya.
SUMBER : BISNIS INDONESIA, SENIN, 1 DESEMBER 2014
SUMBER : BISNIS INDONESIA, SENIN, 1 DESEMBER 2014