TENGGARONG - Komoditas kelapa sawit dan tanaman karet telah dikaji
Badan Penilitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kukar.
Balitbangda menilai kedua komoditas tersebut belum dikelola maksimal.
Kendalanya, ada pemahaman yang keliru bagi kebanyakan petani, yaitu
dalam penggunaan pupuk secara rasional dan berimbang sesuai kondisi
lahan sebagai media tanam.
Pemupukan harus dikelola dengan baik
sehingga dapat menjamin tercapainya tujuan pemupukan. mengingat biaya
pemupukan merupakan salah satu komponen biaya produksi yang besar.
Yaitu sekitar 40 hingga 60 persen dari biaya perawatan atau sekitar 20
persen dari total biaya produksi. “Oleh karena itu, upaya peningkatan
efektifitas dan efisiensi pemupukan sangat penting dilakukan,” kata
Kepala Balitbang Kukar Dr Hermawan, saat membuka Seminar Kajian
Pemupukan Komoditas Karet dan Kelapa Sawit, Selasa (23/11) di
Tenggarong.
Seminar yang diikuti sejumlah kelompok tani dari kecamatan yang menjadi
sentra produksi kelapa sawit dan karet se-Kukar ini dihadiri pejabat
Balitbang dan para peneliti dari Universitas Mulawarman (Unmul)
Samarinda.
Menurut Hermawan, kajian terhadap kurang produktifnya hasil kedua
komoditas unggulan di Kukar itu dilakukan bersama peneliti dari Unmul
pada September lalu. Ada 5 wilayah sentra produksi yang menjadi sasaran
pentelitian. Yaitu Muara Badak, Muara Kaman, Marangkayu, Kembang
Janggut, dan Kotabangun. “Dari kelima sentra produksi kedua komoditas,
setelah diteliti ternyata kondisinya belum memuaskan,” ujarnya.
Dikatakan, hasil analisis laboratorium maka di 5 sentra tersebut
berdasarkan status kesuburan tanahnya ternyata secara umum sangat
rendah hingga sedang. Karena kandungan kimiawi di dalam tanah terutam
unsur hara sangat tipis, sementara aluminium lebih mendominasi
akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi terganggu.
Karena itu, jalan keluar yang baik dan perlu dilakukan adalah dengan
pemupukan yang tepat sesuai dengan kondisi tanah yang dihadapi.
Diharapkan hasil kajian ini dapat difahami petani kebun yang menjadi
peserta seminar sehingga produksi komoditas unggulan ini ke depannya
menjadi lebih meningkat. “Kami juga akan merekomendasikan ke instansi
terkait mengenai hasil kajian ini,” demikian katanya.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, RABU, 24 NOPEMBER 2010