Petani Kakao Minta Dukungan
16 Februari 2011
Admin Website
Artikel
4273
SANGATTA – Beberapa tahun sebelumnya Kecamatan Teluk
Pandan merupakan daerah penghasil komoditas kakao (cokelat) di Kutai
Timur (Kutim). Namun semenjak ratusan hektare lahan kakao diserang hama
penggerek batang, hasil panen pun mengalami penurunan.
Hal ini kemudian membuat sejumlah petani mengalami kerugian dan kemudian meninggalkan jenis tanaman perkebunan yang cukup menjanjikan harganya di pasaran nasional tersebut.
Imran, petani yang ditemui Kaltim Post beberapa waktu lalu menyebutkan, sejak diserang hama penggerek batang terjadi penurunan terhadap hasil panen kakao di kebunnya. Lantaran sudah tak produktif lagi akhirnya Imran terpaksa menebang pohon tersebut untuk diremajakan lagi.
“Kini sudah mulai banyak kawan-kawan petani kembali melakukan peremajaan pada tanaman kakaonya,” ungkap Imran.
Menurut Imran peluang bisnis dari budidaya tanaman kakao ini sebenarnya cukup besar. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan cukup dicari di pangsa pasar nasional. Rata-rata komoditas kakao yang cukup baik bisa dihargai mencapai Rp 21 ribu per kilogram. Namun harga komoditas ini sewaktu-waktu dapat berubah signifikan. Untuk itu ia berharap agar semangat budidaya kakau ini didukung pemerintah melalui Dinas Perkebunan Kutim. Baik itu dalam pencairan bibit berkualitas serta juga penyuluhan, mengenai cara meningkatkan hasil produksi kakao.
“Jika kualitas kakao yang dijual tidak bagus harganya bisa murah. Makanya sebelum saya jual kakao yang bagus saya pisahkan dari yang kurang bagus. Supaya harganya tidak jatuh,” lanjutnya.
Sementara itu salah seorang pengumpul kakao Mirhan menyebutkan, beberapa tahun terakhir ini komoditas kakao yang ada di kawasan Kecamatan Teluk Pandan memang mengalami penurunan. Semula selama 1 minggu ia dapat mengumpulkan hingga 2 ton lebih kakao yang dibelinya dari masyarakat. Namun saat ini ia hanya dapat mengumpulkan sekitar 1 ton kakao dalam seminggunya.
“Itupun kalau cuaca lagi bagus. Kalau lagi musim hujan begini kakao yang dihasilkan bisa sedikit,” aku Mirhan.
Lantaran penurunan hasil kakao ini Mirhan mengaku juga merasakan imbasnya. Pasalnya jumlah kakao yang ia kumpulkan dari para petani juga menjadi berkurang. Yang mana hal ini berpengaruh terhadap pendapatannya. Oleh karena itu ia juga berharap pada 2011 ini perhatian pemerintah terhadap petani kakao dapat diprioritaskan.
Hal ini kemudian membuat sejumlah petani mengalami kerugian dan kemudian meninggalkan jenis tanaman perkebunan yang cukup menjanjikan harganya di pasaran nasional tersebut.
Imran, petani yang ditemui Kaltim Post beberapa waktu lalu menyebutkan, sejak diserang hama penggerek batang terjadi penurunan terhadap hasil panen kakao di kebunnya. Lantaran sudah tak produktif lagi akhirnya Imran terpaksa menebang pohon tersebut untuk diremajakan lagi.
“Kini sudah mulai banyak kawan-kawan petani kembali melakukan peremajaan pada tanaman kakaonya,” ungkap Imran.
Menurut Imran peluang bisnis dari budidaya tanaman kakao ini sebenarnya cukup besar. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan cukup dicari di pangsa pasar nasional. Rata-rata komoditas kakao yang cukup baik bisa dihargai mencapai Rp 21 ribu per kilogram. Namun harga komoditas ini sewaktu-waktu dapat berubah signifikan. Untuk itu ia berharap agar semangat budidaya kakau ini didukung pemerintah melalui Dinas Perkebunan Kutim. Baik itu dalam pencairan bibit berkualitas serta juga penyuluhan, mengenai cara meningkatkan hasil produksi kakao.
“Jika kualitas kakao yang dijual tidak bagus harganya bisa murah. Makanya sebelum saya jual kakao yang bagus saya pisahkan dari yang kurang bagus. Supaya harganya tidak jatuh,” lanjutnya.
Sementara itu salah seorang pengumpul kakao Mirhan menyebutkan, beberapa tahun terakhir ini komoditas kakao yang ada di kawasan Kecamatan Teluk Pandan memang mengalami penurunan. Semula selama 1 minggu ia dapat mengumpulkan hingga 2 ton lebih kakao yang dibelinya dari masyarakat. Namun saat ini ia hanya dapat mengumpulkan sekitar 1 ton kakao dalam seminggunya.
“Itupun kalau cuaca lagi bagus. Kalau lagi musim hujan begini kakao yang dihasilkan bisa sedikit,” aku Mirhan.
Lantaran penurunan hasil kakao ini Mirhan mengaku juga merasakan imbasnya. Pasalnya jumlah kakao yang ia kumpulkan dari para petani juga menjadi berkurang. Yang mana hal ini berpengaruh terhadap pendapatannya. Oleh karena itu ia juga berharap pada 2011 ini perhatian pemerintah terhadap petani kakao dapat diprioritaskan.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, RABU, 16 PEBRUARI 2011