(0541)736852    (0541)748382    disbun@kaltimprov.go.id

Petani Diajari Olah Biji Jarak

15 Februari 2008 Admin Website Artikel 4144
Dalam pelatihan ini, Perindagkop menggandeng Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Pasalnya, dua komoditi itu erat kaitannya dengan bidang tugas dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Kebetulan, di satuan kerja ini juga diprogramkan pengemangan jarak di 9 desa di Sepaku. Hasilnya sudah cukup memuaskan.

Ketua Panita Pelaksanaan Kegiatan Kasi Perindustrian Kantor Perindagkop Sabran mengatakan, pelatihan dilaksanakan di Sepaku karena dua komoditi itu banyak dihasilkan di Sepaku. "Keberhasilan program ini bisa meningkatkan ekonomi keluarga," kata Sabran. Pelatihan itu diikuti sekitar 35 warga di Bukit Subur dan Karang Jinawi.

Di bagian lain, Kepala Kantor Perindagkop PPU Suryanata Hasan, penanaman jarak di masyarakat dan pelatihan pengolahannya untuk dijadikan minyak biodiesel dilakukan Pemkab PPU untuk mengantisipasi terus meningkatnya harga solar. Selain itu, juga untuk bahan bakar kompor. "Komoditi jarak akan jadi idola di kemudian hari," kata Surya.

Jarak, akan menjadi komoditas yang sangat penting di masa depan. Mengandalkan minyak bumi sangat tidak mungkin. Saat ini saja, harga solar industri sudah mencapai harga Rp 7 ribu. Sementara biaya operasional pengolahan satu liter biodiesel hanya sekitar Rp 4 ribu. Ada selisih sekira Rp 3 ribu, sebuah nilai yang cukup besar demi peningkatan kesejahteraan petani.

Kemudian, di Bandung sudah ada UKM yang memproduksi kompor dengan bahan bakar minyak jarak. Harga kompornya setara dengan kompor minyak tanah. Harganya tak lebih dari Rp 200 ribu. "Kita akan mulai menyosialisaikan penggunaan kompor minyak jarak," kata Surya.

Di bagian lain Adi Paimanais dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan PPU mengatakan menanam jarak tidak sulit. Jarak adalah tanaman yang tumbuh di tanah dengan tingkat kesuburan beragam. Bahkan, sejatinya jarak adalah tanaman yang ditanam di tempat yang tandus. Agak rugi menanam jarak di tempat yang subur, jika tanaman lain yang lebih produktif bisa tumbuh. "Biaya penanaman dalam satu hektarE tidak mahal. Satu lubang tanam biaya Rp 250 dikalikan 2.500 pohon," kata Paimanais.

Untuk proses pengolahan, ke depan akan diupayakan ada bantuan mesin pengolah biji jarak. Selain itu, jika ada investor yang akan masuk ke PPU di bidang tanaman jarak, akan diarahkan untuk melakukan MoU dengan petani jarak agak hasil petani bisa diserap.

DIKUTIP DARI KALTIMPOST, RABU, 13 PEBRUARI 2008

Artikel Terkait