Perusahaan Coklat Kakap Berbondong-bondong Masuk RI
Jakarta -
Sebanyak lima perusahaan industri pengolahan kakao kelas dunia akan
berencana melakukan investasi di Indonesia di bidang pengolahan biji
kakao di Indonesia.
Perusahaan-perusahaan itu antaralain Cargill
dan Mars dari AS, Armajarro dari Inggris, Olam International dari
Singapura, dan Ferrero dari Italia.
Hal ini terungkap dari hasil
kunjungan Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar dalam European
Cocoa Association (ECA) di Amsterdam Belanda pada 24-25 September 2010.
Mahendra
mengungkapkan pihaknya melakukan pertemuan satu per satu dengan para
perusahaan coklat tersebut. Dari pertemuan itu terungkap keinginan
mereka untuk berinvestasi dan peningkatan produksi dari para produsen
industri coklat tersebut (Cargill)
"Mereka memang menyampaikan
keinginan pada pengembangan operasional, ada yang sampai investasi, tapi
ada yang fokus pada peningkatan produksi dan sustainable cocoa," kata
Mahendra dalam acara konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu
(29/9/2010).
Selain itu kata Mahendra, saat ini investasi asing
yang sudah mulai berjalan di Indonesia di bidang industri kakao olahan
ada di Batam dengan kapasitas produksi 50.000 ton. Sayangnya Mahendra
enggan menyampaikan siapa nama investor tersebut.
Ia juga mengatakan saat ini industri olahan kakao di dalam negeri sudah mulai pulih pasca pengenaan bea keluar kakao April 2010.
Ditargetkan industri olahan kakao di Tanah Air akan naik dari 150.000
ton menjadi 200.000 ton di akhir 2010, bahkan targetnya pada tahun 2011
akan mencapai 300.000 ton atau hampir 50% dari total produksi kakao
Indonesia.
"Kelihatannya mereka yang selama ini belum punya basis
produksi di sini, membuka untuk membuat basis produksi di dalam
negeri," katanya.
Saat ini Indonesia tercatat sebagai negara
produsen biji kakao ketiga di dunia. Menurut data International Cocoa
Organization (ICCO) 2009.
Posisi pertama Pantai Gading 1,22 juta ton per tahun atau memegang
pangsa pasar 38,7%. Posisi kedua Ghana dengan produksi 680.000 ton atau
21,6%, dan Indonesia 540.000 ton atau 16,2%.