Penutupan Simposium dan Ekspo Kakao Nasional
13 November 2012
Admin Website
Artikel
3974
PADANG. Wakil Gubernur Sumatera Barat, Muslim Kasim, secara resmi menutup acara
Simposium dan Ekspo Kakao Nasional 2012 di Hotel Inna Muara Padang,
kemaren sore. Acara yang bertemakan “Penguatan Peran Kakao Nasional
Melalui Dukungan Teknologi Berjelanjutan” tersebut telah berlangsung
selama 3 hari, yang dimulai sejak Senin, 5 November 2012. Pada
kesempatan tersebut Wakil Gubernur Sumatera Barat, Muslim kasim secara
langsung mengucapkan terima kasih banyak kepada Pemerintah Pusat, dalam
hal ini, Direktur Puslitkoka yang telah bekerjasama dengan Pemerintah
Provinsi Sumatera Barat, dalam mensukseskan dan melaksanakan acara
simposium kakao ini.
Muslim menambahkan, diharapkan kedepannya kerjasama ini tetap kita lanjutkan, dan juga tidak dapat menutup kemungkinan kedepannya juga kita laksanakan kerjasama untuk pengembangan kopi di Sumatera Barat. Hal ini dilatar belakangi oleh kemajuan peningkatan luasan produksi kakao dan kopi di Sumatera Barat yang signifikan.
Acara yang juga dihadiri oleh Dirjen Asdep kementerian dan Lembaga Negara, dosen-dosen perguruan tinggi di Indonesia serta sejumlah ketua ketua organisasi seperti Askindo, Apkai, AIKI dan para Kelompok-kelompok tani tersebut berhasil merumuskan beberapa kebijakan-kebijakan sentral dalam Pengembangan kakao di indonesia kedepannya, mulai dari aspek kebijakan, aspek tekhnis (produksi) dan aspek pemasaran.
Diantaranya adalah bahwa kebijakan pengembangan kakao masih menjadi skala prioritas dalam upaya menciptakan lapangan kerja, pengembangan industri dalam negeri, dan sumber devisa. Kegiatan revitalisasi kakao nasional melalui Gernas Kakao telah berdampak pada peningkatan produktivitas kebun kakao rakyat. Implementasi kegiatan revitalisasi melalui program Gernas kakao baru mencakup sekitar 30% dari luas areal sehingga masih perlu keberlanjutan program Gernas.
Lebih lanjut, Muslim Kasim juga mengatakan banyak sekali manfaat dan masukan yang kita dapatkan dari acara simposium ini, mulai dari peningkatan produksi, hingga konsumsi coklat itu sendiri, yang mendatangkan para praktisi bisnis, ahli kecantikan dan kesehatan. Melalui kesempatan ini, kita berharap konsumsi coklat di Indonesia khususnya di Sumatera Barat dapat ditingkatkan dari tingkat 0,2 kg/kapita, hingga nantinya bisa menyamai dengan konsumsi coklat masyarakat Eropa sebesar 10, 2 kg/kapita. Hal ini tentu sangat wajar, mengingat sebagai negara penghasil kakao terbesar di dunia sewajarnya menjadi tuan rumah di negerinya sendiri
DIKUTIP DARI PADANG POS, KAMIS, 8 NOPEMBER 2012
Muslim menambahkan, diharapkan kedepannya kerjasama ini tetap kita lanjutkan, dan juga tidak dapat menutup kemungkinan kedepannya juga kita laksanakan kerjasama untuk pengembangan kopi di Sumatera Barat. Hal ini dilatar belakangi oleh kemajuan peningkatan luasan produksi kakao dan kopi di Sumatera Barat yang signifikan.
Acara yang juga dihadiri oleh Dirjen Asdep kementerian dan Lembaga Negara, dosen-dosen perguruan tinggi di Indonesia serta sejumlah ketua ketua organisasi seperti Askindo, Apkai, AIKI dan para Kelompok-kelompok tani tersebut berhasil merumuskan beberapa kebijakan-kebijakan sentral dalam Pengembangan kakao di indonesia kedepannya, mulai dari aspek kebijakan, aspek tekhnis (produksi) dan aspek pemasaran.
Diantaranya adalah bahwa kebijakan pengembangan kakao masih menjadi skala prioritas dalam upaya menciptakan lapangan kerja, pengembangan industri dalam negeri, dan sumber devisa. Kegiatan revitalisasi kakao nasional melalui Gernas Kakao telah berdampak pada peningkatan produktivitas kebun kakao rakyat. Implementasi kegiatan revitalisasi melalui program Gernas kakao baru mencakup sekitar 30% dari luas areal sehingga masih perlu keberlanjutan program Gernas.
Lebih lanjut, Muslim Kasim juga mengatakan banyak sekali manfaat dan masukan yang kita dapatkan dari acara simposium ini, mulai dari peningkatan produksi, hingga konsumsi coklat itu sendiri, yang mendatangkan para praktisi bisnis, ahli kecantikan dan kesehatan. Melalui kesempatan ini, kita berharap konsumsi coklat di Indonesia khususnya di Sumatera Barat dapat ditingkatkan dari tingkat 0,2 kg/kapita, hingga nantinya bisa menyamai dengan konsumsi coklat masyarakat Eropa sebesar 10, 2 kg/kapita. Hal ini tentu sangat wajar, mengingat sebagai negara penghasil kakao terbesar di dunia sewajarnya menjadi tuan rumah di negerinya sendiri
DIKUTIP DARI PADANG POS, KAMIS, 8 NOPEMBER 2012