Pemprov Kembangkan Kakao dan Sawit di Sebatik
27 Juli 2012
Admin Website
Artikel
6934
SAMARINDA. Kecamatan Sebatik, Kabupaten Nunukan
merupakan satu dari sejumlah kecamatan di Kaltim yang berbatasan
langsung dengan negara tetangga Malaysia, tepatnya dengan kota Tawau di
negara bagian Sabah. Sebatik memiliki sumber daya unggulan di sektor
perkebunan untuk komoditi kakao dan kelapa sawit.
"Bahkan berdasarkan hasil penelitian Badan Litbang Kementerian Pertanian, perekonomian di Sebatik sangat bergantung pada hasil perkebunan (terutama kakao)," ujar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kaltim, Dr H Rusmadi, Senin (23/7).
Rusmadi menjelaskan sesuai dengan komitmen Pemprov Kaltim yang memprioritaskan pembangunan pertanian dalam arti luas, di Sebatik, selain perkebunan kelapa sawit yang sedang berkembang, masyarakat Sebatik juga mengembangkan sistem pertanian tumpang sari pada perkebunan kakao rakyat dengan menanam pisang dan nanas.
"Dengan sistem tumpang sari, hasil pertanian yang didapatkan melimpah dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya," katanya.
Menurutnya, potensi ekonomi perkebunan hortikultura di Sebatik sangat menjanjikan, dari tiga komoditas utama, yaitu kakao dengan luas lahan perkebunan 11.000 hektare memiliki potensi produksi sebesar 13.000 ton. Kemudian, kelapa sawit (6.000 hektare), potensi produksi sebesar 120.000 ton.
Demikian juga untuk pisang yang ditanam dengan sistem tumpang sari di perkebunan kakao, dengan 50 pohon/hektar potensi produksinya mencapai 122.000 tandan.
Hal itu juga didukung dengan cukup banyaknya program pertanian yang dilakukan di Sebatik baik oleh pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten, seperti program usaha agribisnis pedesaan (PUAP), sekolah lapangan pengelolaan lapangan terpadu (SLPLT), gerakan nasional (Gernas) kakao dan pengembangan agriternak.
"Sebatik juga memiliki SMK Perkebunan yang perannya harus dioptimalkan dalam rangka mendukung percepatan pembangunan sektor pertanian di Sebatik, guna mengimbangi pesatnya kemajuan pembangunan kota Tawau," ucapnya.
Rusmadi mengatakan pemerintah pusat melalui Badan Litbang Kementerian Pertanian berupaya melakukan percepatan dan pengembangan sektor pertanian di Sebatik melalui berbagai teknologi/inovasi.
Hal yang dilakukan diantaranya peningkatan produktivitas tanaman utama dan tanaman sela kakao, yaitu pisang dan durian. Peningkatan kualitas pasca panen kakao, pisang dan durian. Diversifikasi pengolahan hasil perkebunan melalui pengembangan agroindustri skala rumah tangga.
Selanjutnya, melakukan integrasi tanaman dan ternak, pengembangan dan pemanfaatan pupuk organik, memperkuat fungsi sub terminal agribisnis (STA) dalam pemasaran produk pertanian dan optimalisasi SMK serta alumninya untuk pembangunan pertanian Sebatik.
"Kita harus memperkuat program yang sudah ada, hingga terjadi perubahan nyata (percepatan) dalam pembangunan sektor pertanian di Sebatik. Yang jelas Sebatik akan dijadikan beranda NKRI dengan membangun green belt (perkebunan sawit dan kakao)," pungkas Rusmadi. (her/hmsprov).
SUMBER : HUMAS PROV. KALTIM
"Bahkan berdasarkan hasil penelitian Badan Litbang Kementerian Pertanian, perekonomian di Sebatik sangat bergantung pada hasil perkebunan (terutama kakao)," ujar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kaltim, Dr H Rusmadi, Senin (23/7).
Rusmadi menjelaskan sesuai dengan komitmen Pemprov Kaltim yang memprioritaskan pembangunan pertanian dalam arti luas, di Sebatik, selain perkebunan kelapa sawit yang sedang berkembang, masyarakat Sebatik juga mengembangkan sistem pertanian tumpang sari pada perkebunan kakao rakyat dengan menanam pisang dan nanas.
"Dengan sistem tumpang sari, hasil pertanian yang didapatkan melimpah dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya," katanya.
Menurutnya, potensi ekonomi perkebunan hortikultura di Sebatik sangat menjanjikan, dari tiga komoditas utama, yaitu kakao dengan luas lahan perkebunan 11.000 hektare memiliki potensi produksi sebesar 13.000 ton. Kemudian, kelapa sawit (6.000 hektare), potensi produksi sebesar 120.000 ton.
Demikian juga untuk pisang yang ditanam dengan sistem tumpang sari di perkebunan kakao, dengan 50 pohon/hektar potensi produksinya mencapai 122.000 tandan.
Hal itu juga didukung dengan cukup banyaknya program pertanian yang dilakukan di Sebatik baik oleh pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten, seperti program usaha agribisnis pedesaan (PUAP), sekolah lapangan pengelolaan lapangan terpadu (SLPLT), gerakan nasional (Gernas) kakao dan pengembangan agriternak.
"Sebatik juga memiliki SMK Perkebunan yang perannya harus dioptimalkan dalam rangka mendukung percepatan pembangunan sektor pertanian di Sebatik, guna mengimbangi pesatnya kemajuan pembangunan kota Tawau," ucapnya.
Rusmadi mengatakan pemerintah pusat melalui Badan Litbang Kementerian Pertanian berupaya melakukan percepatan dan pengembangan sektor pertanian di Sebatik melalui berbagai teknologi/inovasi.
Hal yang dilakukan diantaranya peningkatan produktivitas tanaman utama dan tanaman sela kakao, yaitu pisang dan durian. Peningkatan kualitas pasca panen kakao, pisang dan durian. Diversifikasi pengolahan hasil perkebunan melalui pengembangan agroindustri skala rumah tangga.
Selanjutnya, melakukan integrasi tanaman dan ternak, pengembangan dan pemanfaatan pupuk organik, memperkuat fungsi sub terminal agribisnis (STA) dalam pemasaran produk pertanian dan optimalisasi SMK serta alumninya untuk pembangunan pertanian Sebatik.
"Kita harus memperkuat program yang sudah ada, hingga terjadi perubahan nyata (percepatan) dalam pembangunan sektor pertanian di Sebatik. Yang jelas Sebatik akan dijadikan beranda NKRI dengan membangun green belt (perkebunan sawit dan kakao)," pungkas Rusmadi. (her/hmsprov).
SUMBER : HUMAS PROV. KALTIM