
SAMARINDA. Rencana investasi industri olahan karet di Kecamatan Palaran,
Samarinda cukup dinantikan pemerintah dan masyarakat setempat. Sebab,
dampak positif yang akan ditimbulkan cukup untuk mendongkrak
perekonomian makro Kaltim dan warga sekitar. Pun demikian, mesti ada
pengawalan dari pemerintah terkait dampak negatif terhadap lingkungan
yang bisa saja ditimbulkan kemudian.
Lurah Handil Bakti M Dahlan menjelaskan, sejauh ini proses perizinan
investasi karet itu dinilai bagus, dan didukung masyarakat. "Bahkan
mereka (pihak investor, Red) sudah sosialisasi kepada masyarakat, dan terakhir presentasi amdal (analisis dampak lingkungan, Red),
pada Februari 2016. Amdal itu menerangkan karet yang memiliki bau
menyengat, tidak akan sampai mencemari lingkungan," ujarnya.
Dahlan menambahkan, masyarakat sudah mewanti-wantinya, supaya bau
karet tidak mengganggu masyarakat di lingkungan sekitar perusahaan.
Adapun limbah karet, sudah dijanjikan untuk tidak dibuang ke aliran
Sungai Mahakam yang berbatasan langsung dengan dermaga perusahaan
tersebut.
Sementara itu, Camat Palaran Eko Suprayetno mengatakan, pihaknya
sangat mendukung adanya investasi atas nama PT Multi Kusuma Cemerlang
(MKC) itu. Dia berharap, investasi ini bisa dipermudah oleh pemerintah
pusat yang merupakan regulator utama, sebab PT MKC tersebut berstatus
penanaman modal asing (PMA) karena bekerja sama dengan pihak luar
negeri.
"Sebab, sebelumnya pernah ada investor yang ingin bangun kilang minyak sawit di Palaran. Mereka sudah melakukan deal pembelian lahan, dan lainnya. Tapi, malah batal karena ada trouble dengan pemerintah pusat. Kami kecewa juga jadinya. Nah,
hal tersebut kami harap jangan sampai menimpa industri karet ini, hanya
gara-gara permasalahan dari pemerintah pusat. Sebab, dampaknya sangat
baik bagi perekonomian masyarakat," tukasnya.
Diketahui, investasi industri olahan karet senilai Rp 500 miliar di
Jalan Ampera, Kelurahan Handil Bakti, Palaran tersebut, berada di lokasi
bekas perusahaan kayu plywood, PT Sangkulirang Bhakti.
Perusahaan yang terakhir beroperasi pada 2007 tersebut juga merupakan
satu grup perusahaan dengan perusahaan investor karet tersebut, yang
kini dinamai PT Multi Kusuma Cemerlang (MKC). Grup perusahaan itu
menggandeng investor asing, dan memiliki modal biaya pabrikan karet
sebesar Rp 197,7 miliar, dengan lahan seluas 25 hektare (ha), dari
sebagian luas areal bekas perusahaan kayu tersebut. (mon/lhl/k15)
SUMBER : KALTIM POST, JUMAT, 13 MEI 2016