.jpg)
MALOY. Pembangunan pabrik crude palm oil (CPO)
dan turunannya di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy membuka harapan
besar bagi pelaku usaha di subsektor perkebunan.
Bupati Kutai Timur (Kutim) Ismunandar
mengakui pemerintah daerah melalui Perusda Agratama Bangkit Sangsaka
telah menghimpun kebun plasma kelapa sawit hampir 7.000 hektar.
Khusus lahan plasma yang sudah terhimpun
ribuan hakter itu baru di kawasan Kecamatan Rantau Pulung. Padahal
lanjutnya, masih banyak produksi sawit dari lahan-lahan plasma yang
meminta dihimpun dan difasilitasi agar diolah di pabrik-pabrik CPO.
Misalnya, kebun sawit plasma di kawasan
Kaliorang, Maloy, Sangkulirang maupun Bengalon termasuk
kecamatan-kecamatan lainnya di Kutim.
"Kami sangat berterimakasih atas
dibangunnya pabrik CPO dan turunannya di KEK ini, sebab memberikan
harapan besar bagi pekebun kita. Karena hasil produksinya akan terserap
dan diolah di sini," katanya pada groundbreaking pabrik CPO di KEK
Maloy, Jumat (5/5).
Menurut Ismunandar, Kutai Timur banyak
memiliki kawasan perkebunan sawit rakyat (plasma) bahkan luasan lahan
mencapai puluhan ribu hektar yang sudah berproduksi.
Kebun-kebun plasma itu tersebar di
berbagai kecamatan dan memerlukan dukungan perusahaan untuk membeli,
sekaligus pabrik guna mengolah kelapa sawit tersebut.
Namun kendala yang dihadapi pekebun
plasma hingga saat ini, ujar Ismunandar belum ada pabrik yang siap untuk
mengolah kelapa sawit pekebun.
"Bahan baku sudah ada dan petaninya
sudah berhimpun. Lahan-lahan mereka sudah berproduksi. Nah kalau
kapasitas produksi pabrik 60 ton per jam bisa kurang," jelasnya.
Ismunandar berharap pabrik CPO dan
turunannya ini segera terbangun, sehingga keinginan petani plasma cepat
terealisasi. Selain itu, produksi sawit Kaltim tentu akan bernilai
tambah dan berdaya saing karena diolah menjadi berbagai produk
(downstream) selain CPO.
Untuk saat ini, lahan plasma atau kebun
sawit rakyat di Kutai Timur seluas 77.005 ha dengan 22.781 tenaga kerja
pekebun (KK). (yans/sul/es/humasprov)
SUMBER : BIRO HUMAS