JAKARTA, DETIK. Cuaca ekstrem sejauh ini belum berpengaruh pada produksi sawit
Indonesia. Namun jika ketidakpastian cuaca terus berlanjut, maka bisa
menghambat produksi sawit.
"Akan berpengaruh, kedepan. Kalau tak
jelas akan terhambat (produksi)," kata kata Ketua Umum Gabungan
Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joefly Bahroeny di acara
celebrating 100 years commercial oil palm industry in Indonesia di Hotel
Borobudur, Jakarta, Jumat (22/10/2010).
Ia menjelaskan, saat ini
produksi sawit masih terbantu dengan mulai berbuahnya pohon-pohon
berkategori tanaman belum menghasilkan (TBM) menjadi tanaman
menghasilkan (TM). Hal ini pula yang mempengaruhi target produksi crude
palm oil (CPO) dari 21 juta ton di 2009 menjadi 22 juta ton di 2010.
"Target
ekspor CPO tahun 2010 sampai 15 juta ton, tapi sampai Agustus sudah 9
juta sekian. Prediksi kita sampai akhir tahun bisa sampai 16 juta ton,"
katanya.
Joefly menambahkan, dari luasan sawit kurang lebih 7
juta hektar saat ini, tingkat pertumbuhan perluasan lahan sawit idealnya
300.000 hektar per tahun. Namun kenyataannya maraknya isu negatif
terhadap sektor sawit sedikit banyak membuat ketakutan para pengusaha
sehingga menunda untuk berekspansi.
"Tahun 2009 nggak sampai 150.000 hektar," katanya.
Diakuinya,
selain perluasan lahan, saat ini yang terpenting adalah melakukan
intensifikasi produksi sawit. Produksi lahan sawit per hektar per tahun
di Indonesia masih 3,2 ton setara CPO sedangkan Malaysia bisa mencapai
5-6 ton per hektar per tahun setara CPO.
"Kita kalah dengan Malaysia dari sisi produktivitas, kalau kita ada kebun rakyat, perlu intensifikasi," katanya.
DIKUTIP DARI DETIK, JUMAT, 22 OKTOBER 2010