
SANGATTA. Iklim investasi di Kabupaten Kutai
Timur (Kutim) yang semakin kondusif, menjadikan daerah ini terus menarik
minat investor dan perusahaan untuk menanamkan modal. Terutama di
sektor perkebunan kelapa sawit. Oleh karena itulah sektor
perkebunan kelapa sawit di Kutim berkembang sangat pesat.
Menurut rencana, pada 2014 ini bakal dibangun beberapa pabrik crude palm oil (CPO) lagi di Kutim. Dengan demikian, sektor perkebunan sawit dipastikan mampu menggantikan batu bara di masa mendatang.
"Hingga 2013 lalu, di Kutim sudah terdapat 19 unit pabrik CPO yang
dibangun 19 perusahaan perkebunan kelapa sawit. Itu belum termasuk
pabrik pengolahan kernel milik salah satu perusahaan," sebut
Asisten Ekonomi Pembangunan Rupiansyah selaku koordinator program
pembangunan daerah, belum lama ini.
Dari 19 pabrik yang sudah dibangun, kapasitas produksi CPO mencapai
880 ton/jam. Pabrik CPO itu memiliki kapasitas produksi rata-rata 15
ton/jam. Mengingat luasan tanam dan hasil produksi tandan buah segar
(TBS) kelapa sawit yang terus meningkat dari tahun ke tahun, maka pada
2014 akan ada sekitar delapan perusahaan lagi yang siap membangun pabrik
CPO.
"Kenyataan ini merupakan kemajuan positif yang patut didukung untuk
menjadikan Kutim sebagai daerah sentra agrobisnis dan agroindustri.
Selanjutnya, saya juga berharap agar pembangunan kawasan industri dan
pelabuhan internasional Maloy bisa segera rampung. Sebab jika luas
tanam, hasil TBS hingga produksi CPO terus meningkat tentunya memerlukan
industri hilir yang dapat mengolah bahan baku dari perkebunan kelapa
sawit tersebut," paparnya.
Di Kutim hingga sekarang terdapat lebih dari 360 ribu hektare kebun
sawit. Kenyataan itu secara langsung maupun tidak, mampu mendorong roda
perekonomian di Kutim. Meningkatkan penyerapan jumlah tenaga kerja,
menciptakan multiplier effect yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Menurut Rupiansyah, perkembangan sektor perkebunan kelapa sawit di
Kutim bisa berkembang pesat seperti sekarang tidak lepas dari dukungan
Pemkab Kutim melalui kebijakan Bupati Isran Noor.
"Selama dua periode kepemimpinannya, Pak Isran Noor selalu
memprioritaskan pembangunan pertanian dalam arti luas untuk menggantikan
ketergantungan terhadap sektor minerba (mineral dan batu bara, Red) pada masa mendatang," tegas mantan Kepala Bappeda Kutim ini.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, KAMIS, 27 MARET 2014