
BALIKPAPAN. Laju perekonomian Kaltim hingga akhir tahun ini diperkirakan masih
berada di level kontraksi atau tumbuh minus. Hal itu tak lepas dari
proyeksi negatif atas kinerja ekspor komoditas dari sektor pertambangan.
Seperti diketahui, pertumbuhan negatif ekonomi yang tergambar dari
nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kaltim terjadi sejak 2014
lalu. Tahun ini, pada dua triwulan berturut-turut, kontraksi berlanjut.
Pada periode laporan tersebut, pertumbuhan ekonomi Kaltim dilaporkan
tumbuh minus 1 persen dan 1,3 persen dibandingkan periode yang sama pada
tahun lalu.
"Pertumbuhan ekonomi di Kaltim dan Kaltara sampai triwulan IV nanti
diperkirakan masih terkontraksi, namun angkanya kemungkinan tidak
sedalam periode awal tahun. Hal itu didorong peluang naiknya kinerja
sektor pertambangan, seiring membaiknya harga komoditas di pasar
ekspor," jelas Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kaltim Mawardi
Ritonga, dalam keterangan resminya.
Turunnya kinerja sektor pertambangan itu sejalan dengan dipangkasnya
target produksi batu bara nasional oleh Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM). Yakni dari 425 juta ton pada 2015 lalu, menjadi 419
juta ton pada tahun ini.
Dari sisi internal, lanjut dia, konsumsi rumah tangga akan terus
menjadi penopang pertumbuhan ekonomi sampai akhir tahun ini. Meskipun,
hasil Survei Konsumen KPw BI Provinsi Kaltim mengindikasikan adanya
penurunan optimisme masyarakat terhadap ekspektasi kondisi ekonomi ke
depan.
"Sementara itu, penurunan akan terus terjadi dari sisi konsumsi
pemerintah, menyusul pemotongan anggaran dari pusat. Padahal sektor ini
mestinya mampu memberi multiplier effect perekonomian pada triwulan IV nanti," lanjut dia.
Harapan lain atas perbaikan situasi ekonomi pada akhir tahun nanti,
juga dating dari sektor pertanian, yang didominasi subsektor perkebunan.
Hal ini tak lepas dari proyeksi naiknya permintaan dari beberapa pabrik
minyak sawit mentah (CPO) baru yang baru mulai beroperasional pada
pertengahan tahun ini. Di sisi lain, peningkatan tren harga tandan buah
segar (TBS) sawit juga bisa menjadi kabar baik bagi perekonomian.
Kondisi itu juga diyakini bakal memberi efek terhadap naiknya kinerja di sektor industri pengolahan.
Sebagai informasi, dalam dua tahun ke depan, juga akan beroperasi 20
pabrik lagi, dengan kapasitas pengolahan sebesar 885 ton per hari.
Penambahan kapasitas produksi CPO Kaltimra tahun 2016 diperkirakan
mencapai 30 persen dari yang ada saat ini.
Namun demikian, pelemahan kinerja industri migas menjadi tantangan
bagi kemajuan industri pengolahan Kaltim. Rendahnya input industri migas
yang disebabkan oleh natural declining masih menjadi kendala utama bagi sektor ini.
"Secara umum, pertumbuhan ekonomi di Kaltim dan Kaltara pada
triwulan IV 2016 antara minus 1,3 sampai minus 0,9 persen, dengan
kecenderungan bias ke atas. Tahun ini, tak banyak perubahan, masih dalam
fase kontraksi," pungkasnya. (man/lhl/k15)
SUMBER : KALTIM POST, KAMIS, 15 SEPTEMBER 2016