Long Loreh Siapkan 80 Ha Sawit
MALINAU. Peningkatan hasil komoditi perkebunan Kabupaten Malinau masih terus dilakukan oleh pemerintah melalui dinas perkebunan setempat. Ini dapat dibuktikan dengan visi dinas perkebunan yakni, terwujudnya Dinas Perkebunan dalam mengelola perkebunan yang produktif, berdaya saing dan berkelanjutan.
Melihat dari misi itu, maka tak heran jika masyarakat, dalam hal ini masyarakat Desa Long Loreh,Kecamatan Malinau Selatan sangat terobsesi dengan pengembangan perkebunan kelapa sawit diatas lahannya sendiri dengan hasil yang membanggakan. Disamping itu, tentunya sangat perlu Dinas Perkebunan memaksimalkan konsentrasi terhadap pengembangan komoditi andalan seperti kopi, kakao, karet dan kelapa sawit.
Keempat komoditi tersebut sudah menjadi target pengembangan oleh masyarakat. Pemerintah Desa Long Loreh, Kecamatan Malinau Selatan, seperti disampaikan Kadesnya Mika Jalai yang sudah masuk dalam periode kedua ini, telah merencanakan lahan seluas 80 hektaresejak tahun 2008 lalu.
Namun hingga saat ini baru terealisasi sekitar 40 hektaredari lahan yang disiapkan dari rencana awal. Itu pun dianggap masih kurang, karena masyarakat Long Loreh sudah menyadari pentingnya dan hasil dari bertanam sawit.
Dikatakan Mika, sejak tahun 2008 lalu masyarakat yang tergabung dalam kelompok tani sudah sepakat bahwa di desa Long Loreh perlu dikembangkan sawit. Sehingga saat itu bersama masyarakat sepakat merencakan 80 hektarelahan untuk pengembangan sawit.
Sementara Dinas Perkebunan pun sudah membantu masyarakat dengan memberikan bantuan bibit dari program perkebunan inti rakyat (PIR) lebih dari 20 hektaretahun 2009.
Sampai sejauh ini, ada beberapa masyarakat yang semakin antusias dan semangat untuk mengembangkan sawit. Namun masyarakat masih butuh pendampingan dan sosialisasi akan pentingnya tatacara bertanam sawit yang baik.
Mika sangat berharap agar warga lain bisa mengikuti jejak mereka yang sudah berhasil dalam mengembangkan sawit yang sudah ada.
Diakui Mika, memang masih sebagian warganya yang menggunakan pola lama atau kebiasaan lama yakni berladang. Karena menurut mereka itu sudah menjadi tradisi yang tidak bisa ditinggalkan warganya yang sudah turun temurun. Untuk mengubah pola pikir masyarakat, diperlukan waktu yang lama dan sudah menjadi tugas penyuluh lapangan (PPL) untuk bisa mengarahkan masyarakat yang tergabung dalam kelompok tani agar bisa beralih pada perkebunan.
"Salah satu tugas yang menjadi tanggungjawab setiap penyuluh adalah mengomunikasikan inovasi dalam arti mengubah perilaku sasaran agar tahu, mau dan mampu menerapkan inovasi demi peningkatan kesejahteraan hidupnya," ungkap Mika Jalai.
Karenanya, sebagai kades, Mika justru sangat menginginkan agar masyarakatnya bisa berubah maju dan mau dengan mengembangkan sawit demi kesejahteraan warganya.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, SENIN, 7 MEI 2012