KTI Kembangkan Nilam
29 April 2010
Admin Website
Artikel
4125
#img1# Kenapa harus nilam? Menurut Direktur Industri Mitra KTI Bambang Dwi, kebutuhan minyak nilam luar negeri sangat besar dan Indoensia merupakan pemasok utama mencapai 90 persen. Untuk mencukupi kebutuhan minyak nilam di luar negeri itu, belum mampu mencukupi semuanya.
Sehingga perlu dikembangkan di daerah ini. Selain itu katanya, pengembangan industri minyak nilam akan menimbulkan efek positif ganda yaitu meningkatkan kesejahteraan petani dan pengembangannya dilakukan oleh rakyat.
Menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi, masyarakat dan pemerintah dalam pengembangan ini ke depan. Sehingga sektor ini mampu menggerakkan perekonomian masyarakat Kutim dan berdampak peningkatan kesejahteraan masyarakat.
"Kita harapkan hasil yang diperoleh dari kerja sama itu nanti adalah diperoleh penerapan teknologi berbasis penelitian dan pemanfaatan smber daya alam yang lestari. Kemudian terlaksanakanya Tri Dharma perguruan tinggi melalui penerapan teknologi serta meningkatkan daya saing industri minyak nilam melalui penerapan teknologi. Dan akhirnya mampu meningkatkan pendapatan petani nilam," kata Bambang.
Saat ini pihaknya sudah menggandeng Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam penerapan teknologi pengolahan minyak nilam. Pihaknya sudah melakukan pengembangan tanaman nilam di kecamatan Rantau Pulung dan berhasil. Bahkan sudah ada mesin penyulingan untuk mengolah minyak nilam tersebut atas kerjasama dengan IPB.
Kutim sebagai salah satu daerah yang memiliki sumber daya alam melimpah tetapi pemanfaatannya masih terbatas. Sektor pertambangan saat ini masih mendominasi pendapatan asli daerah setempat, namun untuk jangka panjang dan peningkatan perekonomian masyarakat perlu dikembangkan program yang berbasis sumber daya alam yang dapat diperbaharui.
Saat ini sektor perkebunan yang banyak dikembangkan adalah kelapa sawit yang memerlukan investasi besar dan jangka panjang. Sedangkan nilam sudah diujicoba dibudidayakan masyarakat dan menunjukkan minat dan prospek yang baik.
Meski minyak nilam memiliki prospek yang baik di pasar, namun kondisi nilai tambah dari nilam belum banyak dinikmati masyarakat maupun industri lokal (daerah). Sehingga diperlukan mekanisme keterkaitan antara stake holder untuk memperkuat agroindustri nilam di Kutim dengan menggunakan konsep ABG-C (Academician Business Government - Community).
DIKTI melalui program hibah kemitraan memiliki nilai yang sangat strategis untuk pengembangan ke empat unsur tersebut.
"Kami mmebuat program kerjasama dengan berbagai pihak ini guna menangkap peluang tersebut. Tentunya melibatkan berbagai pihak, baik IPB, PT KTI, Pemkab Kutim dan masyarakat," ujarnya.
DIKUTIP DARI KALTIM POST,KAMIS, 29 APRIL 2010