Perkebunan Jadi Andalan Perekonomian Kaltim Masa Depan
SAMARINDA. Gubernur Dr H Awang Faroek Ishak mengatakan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Kaltim selama ini sebagian besar merupakan
sumbangan dari sektor migas yang suatu waktu akan habis. Kedepan,
diharapkan sub sektor perkebunan menjadi andalan perekonomian daerah.
"Target satu juta hektare kelapa sawit akan berakhir pada 2013. Hingga
2012 telah tertanam seluas 961.802 hektare, dengan jumlah produksi
sebesar 5.734.464 ton TBS (Tandan Buah Segar), dengan jumlah pesanan
benih sekitar 33 juta benih atau setara 220.000 hektare. Sehingga kita
optimis target tersebut dapat tercapai," ujar Awang Faroek, pada
pertemuan dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kaltim, di Ruang
Tepian I Kantor Gubernur Kaltim, akhir pekan lalu.
Gubernur mengungkapkan guna mewujudkan program satu juta hektare kelapa
sawit di Kaltim masih ditemui sejumlah kendala, diantaranya adalah
belum disahkannya usulan perubahan RTRW Kaltim di tingkat pusat. Adanya
kasus tumpang tindih lahan, konflik antar perusahaan dan masyarakat.
Serta rendahnya produktifitas kebun yang disebabkan masih beredarnya
benih palsu dan sulitnya memperoleh pupuk subsidi.
"Ijin perkebunan kelapa sawit yang telah dikeluarkan di Kaltim seluas
2,4 juta hektare, namun baru sekitar satu juta hektare yang telah
beroperasi. Ini yang harus di evaluasi dan diinventarisir, sehingga
tidak terjadi permasalahan kedepan, baik tentang tumpah tindih perijinan
lahan maupun masalah lainnya," ungkapnya.
Pemprov melalui Dinas Perkebunan (Disbun) Kaltim berupaya untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut, diantaranya mempertegas komitmen
untuk pembangunan kebun plasma 20 persen untuk masyarakat bagi perusahan
perkebunan. Selain itu, juga telah dilakukan penilaian fisik kebun,
hingga 2012 telah mencapai 4.122,83 hektare atau 16,49 persen dari
seluruh kebun revitalisasi seluas 25.000 hektare.
"Disbun juga akan melakukan penilaian terhadap usaha perkebunan (PUP)
sesuai Permentan Nomor 7/2009, untuk menilai kinerja PBS (kebun inti dan
plasma dan ditindaklanjuti sertifikasi ISPO (Indonesian Sustainable
Palm Oil) sebagai prasyarat mengekspor CPO (crude palm oil)," jelasnya.
Awang menambahkan saat ini di Kaltim terdapat 49 unit Pabrik Minyak
Sawit (PMS) yang telah beroperasi, sedangkan 12 unit PMS lainnya masih
dalam tahap pembangunan. Sehingga pada akhir 2013 jumlah PMS di Kaltim
menjadi 61 unit dengan total kapasitas giling 2.870 ton TBS/jam.
"Idealnya, dengan luasan satu juta hektare kelapa sawit harus ada 111
unit PMS dengan kapasitas 45 ton TBS/jam. Dari kekurangan jumlah
tersebut, masih ada peluang bagi investor untuk berpartisipasi,"
ucapnya. (her/hmsprov).
SUMBER : BIDANG USAHA