(0541)736852    (0541)748382    disbun@kaltimprov.go.id

Kembangkan Perkebunan Kakao

28 Desember 2013 Admin Website Berita Daerah 3727
Kembangkan Perkebunan Kakao
SENDAWAR. Sebanyak 38 kelompok tani dari Kecamatan Melak, Linggang Bigung, dan Mook Manaar Bulatn diberikan bimbingan teknis (bimtek) berkebun kakao (Theobroma cacao)di Hotel Mahakam Asri, Jalan Pattimura Kecamatan Melak, Sendawar, belum lama ini. Kegiatan ini dilaksanakan kerja sama Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Lembaga Pengembangan Pertanian (LPP) Nahdlatul Ulama (NU) Kaltim bersama LPP-NU Kutai Barat.

Untuk kegiatan praktiknya meninjau perkebunan kakao di Kampung Purwodadi, Kecamatan Linggang Bigung. Ketua DPW LPP NU Kaltim Elvyani NH Gaffar mengatakan, pihaknya memilih Kutai Barat untuk pengembangan perkebunan kakao, karena memiliki tanah yang subur. Sedangkan keuntungan bagi petaninya,  merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi.

"Sehingga pembukaan perkebunan kakao potensinya menjanjikan bagi peningkatan ekonomi masyarakat. Apalagi, beberapa komoditas perkebunan lainnya seperti karet, buah naga telah berhasil berkembang di Kutai Barat," kata Elvyani.

Dia mengatakan, melalui bimtek ini juga petani diberikan pengetahuan tambahan. Mulai bagaimana cara memetik buah kakao yang baik, membelah buahnya, mengeluarkan dan mengambil biji kakao dari kulitnya. Untuk mengolah biji kakao petani mengolah sendiri dan ada juga yang menjual sebelum diolah.

Ke depan, Kementerian Pembangunan Desa Tertinggal (PDT) akan memberikan bantuan mesin pengolah biji kakao menjadi siap saji berupa cokelat pasta dan bubuk cokelat. Elvyani menyebutkan, biji kakao yang sudah dipermentasi harganya Rp 15 ribu per kilogram pada September 2013. Setelah ada bimtek ini, harganya naik menjadi Rp 21 ribu per kilogram.

Dengan adanya mesin ini, semoga para petani kakao di Kutai Barat lebih semangat. "Ke depan kami akan mengajarkan pengemasan dengan baik dan penjualan atau pemasaran baik di Kutai Barat sendiri maupun di luar Kutai Barat. Kalau ini berhasil, kami akan berupaya dan memintakan mesin pengemasnya. Yang jelas, saat ini kita tunjukkan dan meyakinkan dulu hasil kinerja," sarannya.

Ketua Asosiasi Petani Cokelat Nusantara Kutai Barat, Budi Harjo mengatakan, selama 25 tahun menanam cokelat dijual kepada pembeli cokelat. "Tidak merasakan bagaimana hasil cokelat yang mereka tanam," kata Budi.

DIKUTIP DARI KALTIM POST, SABTU, 28 DESEMBER 2013

Artikel Terkait