Kaltim Tuan Rumah 5th International Pepper Community (IPC)
BALIKPAPAN. Kaltim terpilih sebagai tuan
rumah pertemuan 5th International Pepper Community (IPC) yang
dihadiri oleh enam negara penghasil lada dunia, diantaranya India, Sri Lanka,
Vietnam, Indonesia, Malaysia dan Brasil.
Kepala Dinas Perkebunan
(Disbun) Kaltim, Hj. Etnawati mengatakan tujuan pertemuan ini adalah membahas
tentang perkembangan lada sedunia, dalam kesempatan ini Indonesia menjadi lokasi pertemuan
dan Kaltim tempat yang dipilih.
Pertemuan ini menurut Etnawati,
selain membahas perkembangan lada, juga membahas permasalahan yang mempengaruhi
serta solusinya dalam mempertahankan kualitas lada khususnya untuk di Kaltim.
"Kami berharap dengan adanya
pertemuan ini, mampu meningkatkan produktivitas dan kualitas lada di Indonesia
agar mampu bersaing di pasar dunia, tentu melalui perhatian dan support dari
pemerintah daerah," katanya.
Dijelaskan, ada beberapa
lokasi yang sangat potensial untuk pengembangan lada di Kaltim, yakni Kutai
Kartanegara (Kukar), Penajam Paser Utara (PPU) dan Berau.
Inilah yang harus
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, tentu dengan pengkajian dan pelatihan yang
sudah dilakukan, salah satu contoh adalah pengembangan lada organik. "Kedepan
kita akan menggunakan zat alami yang sifatnya nabati, guna pengendalian hama dengan tidak
menggunakan pestisida dan sejenisnya," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) RI, Agus Wahyudi menjelaskan
kegiatan ini fokus ke forum pembelajaran antar anggota negara di bidang rempah
– rempah, khususnya lada. Tidak hanya itu, forum ini juga membahas teknik
budidaya dan pengendalian hama
penyakit sehingga dapat meningkatkan produksi lada menjadi dua kali lipat.
"Beberapa hal tersebut yang
perlu dipelajari di Kaltim, termasuk cara membasmi hama dan penyakit dengan bahan yang aman dan
ramah lingkungan," terangnya.
Agus menjelaskan, saat ini
lada Kaltim termasuk baik, karena sejak lima
tahun terakhir harga lada Kaltim mencapai Rp150 ribu hingga Rp180 ribuper
kilogram. Sedangkan lada hitam dari harga Rp120 ribu sampai Rp140 ribu per
kilogram,
Salah satu tujuan mengapa
kaltim yang dipilih, karena merupakan salah satu daerah penghasil lada putih di
Indonesia.
Selanjutnya, ada beberapa daerah di Indonesia yang akan menyusul diantaranya,
Bangka Belitung dan Kalbar.
Program kedepan yang akan
dilakukan untuk meningkatkan eksistensi lada di kaltim dengan melakukan suatu
rancangan, pembinaan dan pendampingan teknologi kepada seluruh petani lada di
kaltim. Selain itu, menerjunkan langsung tenaga teknis ke lapangan perlu
dilakukan. (rey/disbun)
SUMBER : SEKRETARIAT