Jamur Akar Putih (JAP) Penyakit Berbahaya pada Perkebunan Karet
06 Juli 2018
Admin Website
Artikel Perkebunan
38608
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi
perkebunan yang memiliki prospek yang cerah karena memiliki nilai
ekonomi yang penting sebagai sumber devisa negara non migas. Ekspor
karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya
peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada
tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahun 2004. Pendapatan devisa dari
komoditi ini pada tahun 2012 mencapai US$ 10,9 milyar, yang merupakan 5%
dari pendapatan devisa non-migas.
Produktivitas tanaman karet Indonesia masih rendah salah satunya disebabkan oleh adanya serangan penyakit jamur akar putih (JAP) yang disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus. Penyakit JAP merupakan penyakit yang sangat penting pada tanaman karet, karena penyakit ini dapat mengakibatkan kematian tanaman dalam intensitas yang tinggi terutama pada tanaman yang berumur 2 sampai 6 tahun.
Kehilangan hasil akibat JAP mencapai 3-5% pada perkebunan besar dan 5-15% pada perkebunan rakyat. Selain mengakibatkan kehilangan produksi karena kerusakan tanaman, akibat lain dari infeksi patogen ini adalah secara ekonomis, yaitu memerlukan biaya yang tinggi dalam pengendaliannya.
Gejala serangan JAP yaitu tajuk daun berwarna pucat, kuning dan kusam, akhirnya kering dan gugur, sehingga terlihat tajuk tanaman hanya tinggal rantingnya saja. Adakalanya tanaman sakit membentuk daun-daun muda atau bunga dan buah pada waktu yang lebih awal. Bila perakaran dibuka, terlihat permukaan akar ditumbuhi miselium jamur atau rhizomorf berwarna putih yang menempel kuat pada akar sehingga sulit dilepas. Akar yang terinfeksi akhirnya membusuk dan berwarna coklat.
Jamur ini menyerang tanaman karet pada segala stadium pertumbuhan, baik pembibitan sampai tanaman yang sudah menghasilkan. Bagian yang diserang adalah bagian tanaman yang berada dibawah permukaan tanah, baik akar tunggal, akar cabang, akar rambut ataupun leher akar, akibatnya pohon mudah tumbang. Kerusakan berat oleh penyakit ini sering dijumpai pada areal bertunggul bekas karet dan hutan primer, pada tanah berpasir dan gembur.
Penyakit JAP disebabkan oleh Rigidoporus microporus, jamur ini membentuk tubuh buah yang mirip topi pada akar, pangkal batang atau tunggul-tunggul tanaman. Tubuh buah buah berwarna jingga kekuning-kuningan dan pada permukaan bawahnya terdapat lubang-lubang kecil tempat spora. Badan buah yang sudah tua akan mengering dan berwarna coklat. Penularan penyakit melalui kontak langsung antara akar atau tunggul yang sakit dengan akar tanaman sehat.
Tingginya kejadian penyakit JAP pada perkebunan karet sangat dipengaruhi oleh kondisi agroekosistem seperti asal lahan, tekstur dan struktur tanah, pH tanah, kejenuhan air tanah, curah hujan dan topografi.
Asal lahan yang paling rawan untuk terjadinya infeksi JAP adalah lahan yang berasal dari kebun karet atau hutan primer, sedangkan lahan semak alang-alang merupakan lahan yang paling aman terhadap JAP. Untuk tanah, yang paling beresiko untuk perkembangan penyakit JAP adalah tanah berpasir dan gembur dengan pH 5-7, kejenuhan air 80-90%, curah hujan > 4000 mm/th dengan topografi datar/landai.
SUMBER : UPTD PENGEMBANGAN PERLINDUNGAN TANAMAN PERKEBUNAN
Produktivitas tanaman karet Indonesia masih rendah salah satunya disebabkan oleh adanya serangan penyakit jamur akar putih (JAP) yang disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus. Penyakit JAP merupakan penyakit yang sangat penting pada tanaman karet, karena penyakit ini dapat mengakibatkan kematian tanaman dalam intensitas yang tinggi terutama pada tanaman yang berumur 2 sampai 6 tahun.
Kehilangan hasil akibat JAP mencapai 3-5% pada perkebunan besar dan 5-15% pada perkebunan rakyat. Selain mengakibatkan kehilangan produksi karena kerusakan tanaman, akibat lain dari infeksi patogen ini adalah secara ekonomis, yaitu memerlukan biaya yang tinggi dalam pengendaliannya.
Gejala serangan JAP yaitu tajuk daun berwarna pucat, kuning dan kusam, akhirnya kering dan gugur, sehingga terlihat tajuk tanaman hanya tinggal rantingnya saja. Adakalanya tanaman sakit membentuk daun-daun muda atau bunga dan buah pada waktu yang lebih awal. Bila perakaran dibuka, terlihat permukaan akar ditumbuhi miselium jamur atau rhizomorf berwarna putih yang menempel kuat pada akar sehingga sulit dilepas. Akar yang terinfeksi akhirnya membusuk dan berwarna coklat.
Jamur ini menyerang tanaman karet pada segala stadium pertumbuhan, baik pembibitan sampai tanaman yang sudah menghasilkan. Bagian yang diserang adalah bagian tanaman yang berada dibawah permukaan tanah, baik akar tunggal, akar cabang, akar rambut ataupun leher akar, akibatnya pohon mudah tumbang. Kerusakan berat oleh penyakit ini sering dijumpai pada areal bertunggul bekas karet dan hutan primer, pada tanah berpasir dan gembur.
Penyakit JAP disebabkan oleh Rigidoporus microporus, jamur ini membentuk tubuh buah yang mirip topi pada akar, pangkal batang atau tunggul-tunggul tanaman. Tubuh buah buah berwarna jingga kekuning-kuningan dan pada permukaan bawahnya terdapat lubang-lubang kecil tempat spora. Badan buah yang sudah tua akan mengering dan berwarna coklat. Penularan penyakit melalui kontak langsung antara akar atau tunggul yang sakit dengan akar tanaman sehat.
Tingginya kejadian penyakit JAP pada perkebunan karet sangat dipengaruhi oleh kondisi agroekosistem seperti asal lahan, tekstur dan struktur tanah, pH tanah, kejenuhan air tanah, curah hujan dan topografi.
Asal lahan yang paling rawan untuk terjadinya infeksi JAP adalah lahan yang berasal dari kebun karet atau hutan primer, sedangkan lahan semak alang-alang merupakan lahan yang paling aman terhadap JAP. Untuk tanah, yang paling beresiko untuk perkembangan penyakit JAP adalah tanah berpasir dan gembur dengan pH 5-7, kejenuhan air 80-90%, curah hujan > 4000 mm/th dengan topografi datar/landai.
SUMBER : UPTD PENGEMBANGAN PERLINDUNGAN TANAMAN PERKEBUNAN