SAMARINDA. Pengembangan program integrasi kelapa sawit dengan sapi di
Kaltim mempunyai peluang dan potensi sangat prospektif, apalagi jika
ditinjau dari aspek luasan tanaman kelapa sawit dan permintaan,
kebutuhan serta ketersediaan sapi yang terus meningkat.
"Program integrasi sapi dan sawit sangat potensial di Kaltim, terlebih
dengan program prioritas pengembangan Sejuta Hektare Sawit, tentu
kegiatan usaha ini sangat terbuka bagi masyarakat, guna peningkatan
kesejahteraan," kata Kepala Dinas Perkebunan Kaltim Etnawati didampingi
Kepala Bidang Pengembangan Bambang F Fallah, kemarin.
Menurut dia, ketersediaan pakan sapi melalui sinergi dengan kebun sawit
dan hasil samping proses pengolahan hasil kebun, serta pemanfaatan
kotoran sapi secara maksimal, tentu mampu memberikan nilai ekonomi yang
tinggi bagi masyarakat.
Selain itu, produksi limbah pertanian sangat tergantung pada waktu
panenan yang mengakibatkan ketersediaan secara kontinu sepanjang tahun
dibutuhkan tempat penyimpanan untuk menampung limbah pertanian saat
panen.
Dalam pola integrasi ini, tanaman kelapa sawit sebagai komponen utama,
sedangkan ternak sebagai komponen pelengkap. Limbah kelapa sawit dapat
dimanfaatkan ternak sebagai pakan diantaranya pelepah sawit, lumpur
sawit dan bungkil inti sawit.
Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa pelepah sawit mengandung
protein 1,9 persen, lemak 0,5 persen dan lignin 17,4 persen. Kombinasi
serat buah (25 persen), BIS (15 persen) dan lumpur sawit (10 persen)
dengan total kontribusi 50 persen dapat digunakan untuk ternak sapi.
"Disamping memanfaatkan limbah hasil kelapa sawit, sapi yang
diintegrasikan dapat memakan gulma yang berada di sekitar perkebunan
kelapa sawit. Tanaman penutup lahan kelapa swit bisa dimanfaatkan
sebagai hijauan, yakni Callopogonium mucunoides, Centrocema pubescent,
Pueraria javanica, Psophocarpus palustris, Callopogonnium caerulium dan
Muchuma cochinensisc," ujarnya.
Dijelaskan, tanaman leguminosa atau penutup lahan dapat memproduksi
hijauan setara dengan 5-7 ton. Menunjang keberhasilan sistem integrasi
ternak dengan perkebunan kelapa sawit dibutuhkan teknologi tepat guna
dan sosialisasi berkelanjutan.
Terutama untuk pengolahan limbah perkebunan/pabrikan sebagai sumber
pakan ternak, pengolahan kompos yang berkualiatas dalam waktu pendek,
pendugaan kapasitas tampungan lahan perkebunan untuk jenis ternak
tertentu dan manajemen pemelihararan ternak yang intensif.
Sedangkan ternak sapi yang diintgrasikan dengan kelapa sawit bisa
dimanfaatkan sebagai penarik gerobak maupun mengangkut hasil panenan
kelapa sawit dan kotorannya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Sehingga
mampu menghemat biaya produksi dan dimanfaatkan sebagai biogas untuk
mencukupi kebutuhan energi masyarakat di sekitar perkebunan sawit.
"Potensi pengembangan sapi di Kaltim yang diintegrasikan dengan sawit
dengan asumsi dua ekor sapi perhektare, paling tidak bisa dikembangkan
615.176 ekor untuk luasan lahan sawit berproduksi saat ini yang mencapai
307.588 hektare," katanya.
Program integrasi sawit sapi dapat mendukung program swasembada daging
sapi di Kaltim bahkan Nasional. Selain itu, program ini dapat
dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan energi bagi masyarakat di sekitar
lokasi perkebunan dengan teknologi biogas. Hingga kini pembangunan
biogas Kaltim pada 2006-2011 mencapai 130 unit.
SUMBER : BIDANG PENGEMBANGAN