(0541)736852    (0541)748382    disbun@kaltimprov.go.id

Kakao Potensial Ditanam di Perbatasan

23 November 2015 Admin Website Berita Daerah 4139
Kakao Potensial Ditanam di Perbatasan
SAMARINDA. Badan Pembangunan Perbatasan Daerah (BPPD) Kaltim berupaya mengembangkan tanaman kakao di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu). Langkah ini dilakukan untuk membantu memajukan ekonomi rakyat di kawasan perbatasan.

Kepala Bidang Pengembangan Ekonomi dan Dunia Usaha BPPD Kaltim Husaini mengatakan kakao merupakan salah satu komoditi yang sangat potensial dalam sektor perkebunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat kawasan perbatasan.

"Tanaman kakao di Mahulu telah menjadi komoditas andalan. Karena itu perlu dorongan dari pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten," kata Husaini.

Dia menuturkan, bahwa BPPD Kaltim telah melakukan kajian investasi pengembangan kakao di Mahulu dengan hasilnya yakni menanam kakao adalah suatu pilihan yang tepat bagi masyarakat sebagai mata pencaharian karena dinilai lebih menguntungkan daripada menanam kelapa sawit atau karet.

"Dari hasil kajian, kakao yang merupakan tanaman rakyat memang menjadi hasil pendapatan masyarakat setempat. Sehingga budidaya kakao menjadi salah satu program unggulan yang harus dikerjakan," sebut Husaini.

BPPD Kaltim, kata Husaini telah melakukan kerjasama dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jember untuk memberikan pelatihan bagi pekebun kakao dari Kabupaten Mahakam Ulu pada April lalu.

"Pelatihan bagi pekebun kakao di Mahulu sudah kita lakukan. Kalau ada anggaran, 2016 akan kami bentuk demplot kakao di Long Nunuk," tambahnya.

Demplot kakao ini merupakan upaya awal pengembangan lahan demonstrasi kakao di Long Nunuk, Mahulu. Luasan area yang direncanakan BPPD Kaltim sekitar 200 hektar dengan lokasi tersebar di setiap lahan milik masyarakat setempat. Dari 200 hektar ini diperkirakan akan tertanam sekitar 200 ribu pohon kakao.

"Satu pohon bisa menghasilkan 100 kilo biji kakao kering dalam waktu 2 minggu sekali. Harganya per kilo biji kakao kering sekitar Rp27.000. Jika ini bisa dikembangkan, kakao akan menjadi penggerak ekonomi kawasan perbatasan," katanya. (rus/sul/hmsprov)

SUMBER : HUMAS PROV. KALTIM

Artikel Terkait