
SAMARINDA. Badan Pembangunan Perbatasan Daerah
(BPPD) Kaltim berupaya mengembangkan tanaman kakao di Kabupaten Mahakam
Ulu (Mahulu). Langkah ini dilakukan untuk membantu memajukan ekonomi
rakyat di kawasan perbatasan.
Kepala Bidang Pengembangan Ekonomi dan Dunia Usaha BPPD Kaltim Husaini
mengatakan kakao merupakan salah satu komoditi yang sangat potensial
dalam sektor perkebunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat kawasan
perbatasan.
"Tanaman kakao di Mahulu telah menjadi komoditas andalan. Karena itu
perlu dorongan dari pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten,"
kata Husaini.
Dia menuturkan, bahwa BPPD Kaltim telah melakukan kajian investasi
pengembangan kakao di Mahulu dengan hasilnya yakni menanam kakao adalah
suatu pilihan yang tepat bagi masyarakat sebagai mata pencaharian karena
dinilai lebih menguntungkan daripada menanam kelapa sawit atau karet.
"Dari hasil kajian, kakao yang merupakan tanaman rakyat memang menjadi
hasil pendapatan masyarakat setempat. Sehingga budidaya kakao menjadi
salah satu program unggulan yang harus dikerjakan," sebut Husaini.
BPPD Kaltim, kata Husaini telah melakukan kerjasama dengan Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jember untuk memberikan pelatihan
bagi pekebun kakao dari Kabupaten Mahakam Ulu pada April lalu.
"Pelatihan bagi pekebun kakao di Mahulu sudah kita lakukan. Kalau ada
anggaran, 2016 akan kami bentuk demplot kakao di Long Nunuk," tambahnya.
Demplot kakao ini merupakan upaya awal pengembangan lahan demonstrasi
kakao di Long Nunuk, Mahulu. Luasan area yang direncanakan BPPD Kaltim
sekitar 200 hektar dengan lokasi tersebar di setiap lahan milik
masyarakat setempat. Dari 200 hektar ini diperkirakan akan tertanam
sekitar 200 ribu pohon kakao.
"Satu pohon bisa menghasilkan 100 kilo biji kakao kering dalam waktu 2
minggu sekali. Harganya per kilo biji kakao kering sekitar Rp27.000.
Jika ini bisa dikembangkan, kakao akan menjadi penggerak ekonomi kawasan
perbatasan," katanya. (rus/sul/hmsprov)
SUMBER : HUMAS PROV. KALTIM