TENGGARONG - Untuk mendukung suksesnya usaha
perkebunan, salah satu faktor penting yang harus diperhatikan adalah
bibit unggul. Bibit tanaman yang palsu (tidak unggul) akan mengurangi
pendapatan, karena produksinya rendah. Yaitu hanya 60 persen. Karena
itu, sejak 2008 hingga 2010 Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara
(Pemkab Kukar) melalui Dinas Perkebunan (Disbun) telah melaksanakan
kegiatan pembibitan kelapa sawit dan karet pola home industry (industri
rumahan). Kegiatan itu, juga rencananya akan diteruskan tahun ini.
Kepala Disbun Kukar, Hairil Anwar melalui Kepala Seksi Pemanfaatan
Lahan, Miswan mengatakan, kegiatan tersebut dilaksanakan 56 kelompok
tani yang tersebar di 17 kecamatan. Dijelaskakannya, kegiatan pembibitan
pola home industri tersebut dilaksanakan kelompok tani mulai dari
penyiapan lahan, pengisian polybag kecil, penanaman kecambah (pre
nursery), pemindahan bibit ke polybag utama (main nursery),
pemeliharaan, pengendalian hama penyakit dan gulma serta penyaluran ke
anggota kelompok tani.
Pihak Disbun dalam hal ini memfasilitasi sarana dan prasarana produksi
berupa kecambah kelapa sawit unggulan bersertifikat, OMT karet, polybag,
pupuk, pestisida, fungisida, herbisida, hand sprayer, mesin pompa air
dan perlengkapan lainnya serta biaya swakelola pelaksanaan pembibitan.
Proses pembibitan mulai awal hingga akhir terus dipantau oleh Disbun
Kukar dengan memberikan bimbingan teknis kepada kelmpok tani. "Dengan
dilaksanakannya rangkaian pembibitan mulai penyiapan lahan sampai pada
bibit siap salur, diharapkan petani bisa memahami teknis penyediaan
bahan tanaman yang benar serta memiliki tanggung jawab yang besar
terhadap pembibitan yang dilaksanakan," paparnya saat ditemui di ruang
kerjanya, Rabu (6/4). Dikatakannya dengan program tersebut, memberi
manfaat untuk mendorong peningkatan dan pengembangan pemberdayaan
kelembagaan petani dan meningkatan sumberdaya manusia menuju
kemandirian.
Selain itu juga memudahkan petani untuk memperoleh bibit
unggul bermutu bersertifikat dengan biaya relatif renda, dan tentu saja
menekan penggunaan bibit tidak unggul.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, KAMIS, 7 APRIL 2011