Disbun Latih Petani Kakao Kutim
13 Agustus 2014
Admin Website
Berita Kedinasan
4464
SAMARINDA. Sebanyak 30 petani kakao dari Kelompok
Tani Subur Raya Desa Karangan Ilir Kecamatan Karangan Kutai Timur
mengikuti Pelatihan Budidaya Kakao yang digelar Dinas Perkebunan
(Disbun) Kaltim. Pelatihan ini diberikan agar para petani memiliki
kemampuan dan keterampilan yang lebih baik dalam budidaya kakao.
"Kebutuhan bahan baku Kakao di dunia semakin meningkat, tetapi tanaman kakao di Kaltim banyak yang sudah tua dan rusak. Sehingga perlu dilakukan berbagai upaya untuk merevitalisasi tanaman tersebut," kata Kepala Disbun Kaltim Hj Etnawati didampingi Kepala Bidang Produksi, Sukardi, Senin (11/8).
Berdasarkan data Dinas Perkebunan Kaltim luas lahan tanaman kakao di Kaltim sampai tahun 2014 mencapai 22.455 hektar (ha). Terdiri dari tanaman belum menghasilkan (TBM) 6.028 ha, tanaman menghasilakan (TM) 14.286 ha dan tanaman tua rusak (TT/TR) 2.141 ha.
Selain itu, dalam pengembangan tanaman kakao dilakukan berbagai pola diantaranya cara melakukan sambung samping dengan memilih klon yang menurut pengamatan selama ini cukup tahan terhadap hama PBK dan memiliki produksi yang tinggi.
Berdasarkan hasil sambung samping yang dilakukan ketua Kelompok Subur Raya (Amiruddin) sejak tiga tahun lalu atau pada tahun 2010. Saat ini sudah berbuah rata-rata produksi kebun kakao sambung samping klon unggul adalah 3-5 ton per ha pertahun.
Apalagi, harga biji kering kakao jual di tempat berkisar antara Rp28.000 sampai dengan Rp29.000 per kilogram. Kondisi ini semakin menambah semangat petani di Kecamatan Karangan untuk berbudidaya kakao.
Dari hasil diskusi ternyata masih banyak kebun kakao yang belum memiliki pohon pelindung. Ke depan memang bisa diberikan pohon pelindung supaya tanaman kakao menjadi lebih baik pertumbuhannya.
"Untuk mendukung industri kakao yang berkelanjutan maka petani kakao harus terus didampingi. Pemberdayaan dan peningkatan pendapatan petani kakao menjadi salah satu keharusan," jelasnya.
Pada dasarnya, petani kakao di Kecamatan Karangan sudah mahir dalam melakukan sambung samping dan sambung pucuk untuk penanaman baru dengan memilih bahan tanam entres yang memiliki keunggulan.
Untuk menghasilkan biji kakao yang bermutu tinggi maka pemerintah tidak saja mendukung sarana dan permodalan saja tetapi menyangkut teknologi, sertifikasi maupun organisasinya sehingga intensifikasi kakao dapat dilakukan dengan sambung samping.
Sementara kegiatan peremajaan kakao dapat didukung dengan penyediaan benih sambung pucuk yang siap tanam dan bermutu baik, guna mendapatkan capaian yang besar harus dilakukan proses tahapan yang tepat benar dan terukur.
"Kegiatan ini sangat penting, sehingga produksi kakao di Kutai Timur bahkan Kaltim diharapkan dapat diprediksi dengan kinerja yang dilakukan para pekebun kakao yang didampingi para penyuluh pertanian," ungkapnya. (yans/sul/hmsprov)
SUMBER: BIDANG PRODUKSI
"Kebutuhan bahan baku Kakao di dunia semakin meningkat, tetapi tanaman kakao di Kaltim banyak yang sudah tua dan rusak. Sehingga perlu dilakukan berbagai upaya untuk merevitalisasi tanaman tersebut," kata Kepala Disbun Kaltim Hj Etnawati didampingi Kepala Bidang Produksi, Sukardi, Senin (11/8).
Berdasarkan data Dinas Perkebunan Kaltim luas lahan tanaman kakao di Kaltim sampai tahun 2014 mencapai 22.455 hektar (ha). Terdiri dari tanaman belum menghasilkan (TBM) 6.028 ha, tanaman menghasilakan (TM) 14.286 ha dan tanaman tua rusak (TT/TR) 2.141 ha.
Selain itu, dalam pengembangan tanaman kakao dilakukan berbagai pola diantaranya cara melakukan sambung samping dengan memilih klon yang menurut pengamatan selama ini cukup tahan terhadap hama PBK dan memiliki produksi yang tinggi.
Berdasarkan hasil sambung samping yang dilakukan ketua Kelompok Subur Raya (Amiruddin) sejak tiga tahun lalu atau pada tahun 2010. Saat ini sudah berbuah rata-rata produksi kebun kakao sambung samping klon unggul adalah 3-5 ton per ha pertahun.
Apalagi, harga biji kering kakao jual di tempat berkisar antara Rp28.000 sampai dengan Rp29.000 per kilogram. Kondisi ini semakin menambah semangat petani di Kecamatan Karangan untuk berbudidaya kakao.
Dari hasil diskusi ternyata masih banyak kebun kakao yang belum memiliki pohon pelindung. Ke depan memang bisa diberikan pohon pelindung supaya tanaman kakao menjadi lebih baik pertumbuhannya.
"Untuk mendukung industri kakao yang berkelanjutan maka petani kakao harus terus didampingi. Pemberdayaan dan peningkatan pendapatan petani kakao menjadi salah satu keharusan," jelasnya.
Pada dasarnya, petani kakao di Kecamatan Karangan sudah mahir dalam melakukan sambung samping dan sambung pucuk untuk penanaman baru dengan memilih bahan tanam entres yang memiliki keunggulan.
Untuk menghasilkan biji kakao yang bermutu tinggi maka pemerintah tidak saja mendukung sarana dan permodalan saja tetapi menyangkut teknologi, sertifikasi maupun organisasinya sehingga intensifikasi kakao dapat dilakukan dengan sambung samping.
Sementara kegiatan peremajaan kakao dapat didukung dengan penyediaan benih sambung pucuk yang siap tanam dan bermutu baik, guna mendapatkan capaian yang besar harus dilakukan proses tahapan yang tepat benar dan terukur.
"Kegiatan ini sangat penting, sehingga produksi kakao di Kutai Timur bahkan Kaltim diharapkan dapat diprediksi dengan kinerja yang dilakukan para pekebun kakao yang didampingi para penyuluh pertanian," ungkapnya. (yans/sul/hmsprov)
SUMBER: BIDANG PRODUKSI