
SAMARINDA. Kaltim masih berada di bawah daerah
tetangga, yakni Kalteng dan Kalbar. Namun demikian pertumbuhan produksi
CPO dalam kurun 4 tahun terakhir mencapai 23,74 persen (nasional 9,53
persen). Sementara tahun lalu mencapai 1,25 juta ton dengan share
4,5 persen terhadap nasional. Kalah dengan daerah tetangga,
infrastruktur menjadi kambing hitam yang menghambat maksimalisasi CPO.
Menanggapi hal tersebut Kepala Dinas Perkebunan Kaltim Etnawati
Usman pun mengakui bila produksi CPO di Benua Etam belum maksimal.
Pasalnya, saat ini Pemprov Kaltim sedang membangun Kawasan Industri dan
Pelabuhan Internasional (KIPI) Maloy di Kutai Timur dalam meningkatkan hilirisasi CPO. "Tak heran Kutim dijadikan sebagai kawasan industri," ucapnya.
Data Dinas Perkebunan, luas wilayah Kutim yang terpakai untuk kelapa
sawit lebih tinggi dibanding daerah lain. Wajar bila, dari total 58
pabrik di seluruh Kaltim, 20 pabrik berasal dari Kutim sementara dari
lainnya seperti, Paser ada 14 pabrik pengolahan, lalu Kutai Kartanegara
ada 9 pabrik
Saat ini, kata dia, Kaltim sangat bergantung dengan sumber daya alam
yang berbasis tidak dapat diperbaharui seperti batu bara, minyak, dan
gas.
"Transformasi sektor yang berbasis tidak terbarukan menjadi terbarukan sedang dilakukan oleh pemerintahan provinsi," paparnya.
Hingga saat ini, 344 izin sudah dikeluarkan 11 kabupaten/kota di
Kaltim. Namun baru 132 perusahaan yang memiliki legalitas hak guna
usahanya (HGU). Namun kini pemerintah provinsi telah melakukan
moratorium, menunda pemberian izin perkebunan kelapa sawit baru.
Bertujuan untuk memaksimalkan izin yang sudah diberikan kepada
perusahaan.
"Banyak perusahaan belum mengelola lahan secara maksimal. Terlebih,
Kementerian Kehutanan RI telah mengeluarkan peraturan tentang pembatasan
penggunaan lahan gambut dan hutan," jelasnya.
Adapun komoditas lain sektor perkebunan unggulan Kaltim karet, kakao,
lada, kelapa, dan kelapa sawit. Tanpa mengesampingkan komoditas lain,
saat ini permintaan kelapa sawit sangat tinggi.
Menurut Etnawati, kelapa sawit bukan hanya sebagai sumber minyak
nabati, bahkan Singapura dan Korea mencari limbah cair dan padatnya
sebagai tenaga listrik dan bahan organik. Limbah dari kernel konon
kalorinya lebih tinggi dibanding batu bara karena cangkangnya keras
sekali.
"Kami juga sangat taat pada asas kelestarian lingkungan, setiap perusahaan harus memiliki ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil). Dari sisi limbah kepala sawit termasuk zero waste," sebutnya.
Sementara itu Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia
(GAPKI) Azmal Ridwan mengatakan, peluang kelapa sawit tak perlu
diragukan. Mulai dari ketersediaan lahan hingga kesesuaian lahan,
walaupun Kaltim tak cocok menjadi yang utama dari segi lahan. "Walaupun
tak menjadi nomor satu, tetap cocok untuk ditanami kelapa sawit," kata
dia.
Kelapa sawit, lanjutnya, merupakan komoditas perkebunan yang sangat
berpotensi menggantikan peran migas dan batu bara. Dengan segala produk
turunan dari CPO (crude palm oil) seperti industri sabun (bahan
penghasil busa), industri baja (bahan pelumas), industri tekstil,
kosmetik, serta minyak goreng, dan margarin.
CPO juga dapat diolah untuk industri oleokimia, seperti methyl ester, asam lemak (fatty acid), dan gliserin (glycerine).
Bahkan saat ini produk CPO juga bisa digunakan untuk bahan bakar
alternatif (biodiesel). Untuk itu, lanjut dia, konsep pembangunan
Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Maloy yang berbasis
pertanian dan oleokimia merupakan harapan dari seluruh pengusaha sawit
di Kaltim bahkan di Kalimantan.
Karena selama ini CPO dikirim ke Belawan-Sumatra Utara dan Dumai-Riau.
Hal itu membutuhkan biaya dan waktu lama. Dan apabila pelabuhan Maloy
yang akan dijadikan outlet CPO di Kaltim sudah beroperasi, ditambah dengan pabrik-pabrik hilirisasi
produk CPO yang terintegrasi pada kawasan industri, maka tidak hanya
bisa memangkas biaya dan waktu tetapi juga produk yang dihasilkan
memiliki nilai tambah. Maloy merupakan kebutuhan utama bagi pengusaha
kepala sawit. Yang akan menjadi outlet CPO bukan hanya untuk Kaltim, tetapi juga untuk Kalimantan dan sekitarnya.
"Kami (GAPKI) siap berpartisipasi di dalamnya. Tidak hanya secara dukungan, untuk finansial sekalipun kami siap," tegasnya (*/hsw/*/ypl/lhl/k15)
DIKUTIP DARI KALTIM POST, RABU, 27 AGUSTUS 2014