(0541)736852    (0541)748382    disbun@kaltimprov.go.id

Borneo Forum II Solusi Perekonomian Kalimantan

27 April 2018 Admin Website Berita Daerah 2731
Borneo Forum II Solusi Perekonomian Kalimantan

BALIKPAPAN. Borneo Forum II berlangsung pada 26-27 April 2018, di Hotel Novotel Balikpapan yang difokuskan untuk membahas persoalan dan solusi membangun industri sawit di Kalimantan.

Dalam kata sambutan Awang Faroek, Gubernur Kalimantan Timur, yang dibacakan Kepala Dinas Perkebunan, Ujang Rachmad, disebutkan bahwa kelapa sawit mempunyai peranan untuk mengentaskan kemiskinan, pengembangan energi baru terbarukan, memperbaiki kualitas lingkungan, dan menurungkan emisi gas rumah kaca.

Saat ini, sektor perkebunan sawit dan CPO di Kalimantan Timur kian berkembang dalam RTRWP 2016-2036 bahwa areal yang diperuntukkan untuk perkebunan seluas 3,29 juta hektare sampai 2017. Dari jumlah tersebut, luas perkebunan di Kalimantan Timur 1,35 juta hektare di mana 88,19 persen adalah perkebunan sawit.

Dari aspek kontribusi ekonomi, sektor pengolahan CPO menyumbang 6,02%. Sampai 2017, ekspor CPO mencapai US$584,81 juta atau berkontribusi sebesar 3,35 persen dari total nilai ekspor US$17,48 miliar.

"Melalui Borneo Forum II diharapkan memberikan rekomendasi untuk memperkuat strategi percepatan perkebunan dan peningkatan industri hilir CPO," ujarnya.

Dedy Aspian Nur, Ketua Panitia Pelaksana Borneo Palm Oil Forum mengatakan tahun lalu seminar ini hanya diselenggarakan GAPKI Kaltim tetapi tahun ini GAPKI Kaltim bergandengan tangan dengan GAPKI Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat. Selain itu, adapula dukungan dari Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebagai sumber inovasi kelapa sawit Indonesia.

Borneo Palm Oil Forum 2018 mengambil tema "Industri Kelapa Sawit : Penopang Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan Bagi Kalimantan".

Dalam even tahunan ini, ada 4 isu penting yang akan lebih mendalam. Pertama selain tingkat produktivitas yang masih rendah, juga masih tingginya disparitas antara capaian petani dengan swasta.

Kedua, produktivitasnya yang rendah sering dikaitkan dengan aspek penggunaan benih unggul bersertifikat dan peremajaan pohon yang sudah tua.

Ketiga, adalah isu yang menyangkut aspek sustainability, khususnya pengelolaan sawit di lahan gambut. Keempat, memperluas fokus ke arah hilirasi produk sawit.

SUMBER : SEKRETARIAT

 

Artikel Terkait