
JAKARTA. Pemerintah berencana membebaskan bea masuk impor biji kakao dari 5%
menjadi 0%. Tujuannya untuk menumbuhkan industri olahan kakao di dalam
negeri.
"Kita sepakat untuk impor biji kakao itu dinolkan," kata
Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi saat ditemui di Kantor
Kementerian Perindustrian, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin
(7/4/2014).
Luthfi mengatakan, banyak nilai tambah jika industri
pengolahan coklat di dalam negeri terus dikembangkan. Contohnya saja,
dari kakao menjadi bubuk coklat nilai tambahnya bisa menjadi 4 kali
lipat.
"Begitu jadi makanan jadi, coklat itu nilai tambahnya 19
kali, jadi nggak ada alasan kita tidak mengembangkan industri itu,"
tambahnya.
Menurut Lutfi, rencana ini akan dikoordinasikan dengan
Kementerian Pertanian, Perindustrian, khususnya Kementerian Keuangan
sebagai pihak yang punya wewenang di bidang tarif.
"Diskusikan
semuanya, kementerian pertanian mesti setuju, kemenperin mesti setuju,
kemendag, setelah itu kita baru ke kementerian keuangan, supaya bisa
nol, ini industri penting," katanya.
Di tampat yang sama Menteri
Perindustrian (Menperin) MS Hidayat mengatakan, pemerintah berupaya
untuk mengembangkan industri di dalam negeri. Selain membebaskan bea
masuk untuk biji kakao, akan ada upaya intensifikasi lahan kakao.
"Kita
mau mengintensifkan lahan perkebunan kakao, dan juga ada metode
intensifikasi produktivitasnya supaya bisa meningkat," jelas Hidayat.
Indonesia
merupakan produsen kakao terbesar ketiga di dunia, di bawah Pantai
Gading (1) dan Ghana (2). Namun sejalan kebutuhan industri di dalam
negeri, sedikit kebutuhan kakao masih harus diimpor hingga 40.000 ton per tahun atau sekitar 9% dari produksi yang mencapai 460.000 ton per tahun.
DIKUTIP DARI DETIK, SENIN, 7 APRIL 2014