JAKARTA. Kalangan indutri dan petani sawit sampai saat ini resah dengan banyaknya benih sawit palsu
yang beredar khususnya di daerah Sumatera. Jumlahnya bisa mencapai 40%
dari total bibit yang beredar di pasar, ini masalah lama yang belum
terselesaikan.
Direktur Tanaman Tahunan Kementerian Pertanian,
Rismansyah Danasaputra mengatakan benih tanaman kelapa sawit palsu
banyak sekali beredar, khususnya di Sumatera, Aceh hingga Lampung, yang
merupakan sentra perkebunan sawit.
"Jumlahnya diperkirakan
mencapai 30%-40%, cukup banyak dan sulit membedakan yang asli dan yang
palsu. Bahkan tampilan benih palsu ini bisa lebih bagus karena lebih
hijau," ujarnya, di Kantor Kementerian Pertanian Gedung C, Senin
(9/1/2012).
Diungkapkan Rismansyah, saking susahnya membedakan
yang asli dan yang palsu, baru dapat diketahui setelah bibit itu ditanam
selama 4-5 tahun. "Baru bisa dibedakan kalau yang asli berbuah, kalau
yang palsu tidak berbuah. Tentunya ini kerugian besar, pasalnya sudah
lama merawat namun tidak ada hasil," katanya.
Ditambahkan Dirjen
Perkebunan, Gamal Nasri, beredarnya benih palsu merupakan salah satu
kendala yang harus dihadapi dalam pengembangan kelapa sawit.
"Tidak
hanya beredarnya benih palsu, kendala lain, sulitnya diperoleh
pembiayaan dari lembaga keuangan/perbankan, terbatasnya infrastruktur
dan produktivitas tanaman yang belum optimal serta semakin maraknya
kampanye negatif kelapa sawit," terang Gamal.
Ditambahkan, saat
ini yang sedang getol diupayakan pihaknya untuk mengembangkan kelapa
sawit ditengah kondisi banyaknya hambatan tersebut di atas, antara lain
penggantian benih palsu, revatilisasi perkebunan dan penerapan
pembangunan berkelanjutan melalui penerapan Indonesia Sustainable Palm
Oil (ISPO) kepada stakeholder terkait, serta pembinaan yang lebih
intensif.
"Upaya lainnya juga meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam pengembangan kelapa sawit," imbuhnya.
Terkait
perkembangan kelapa sawit, diterangkan Gamal, rata-rata laju
pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama 2007-2010 sebesar 4,96%,
sedangkan produksi kelapa sawit meningkat 4,71% pertahun.
Peningkatan
luas area tersebut disebabkan harga minyak sawit mentah (CPO) yang
relatif stabil di pasar internasional dan memberikan pendapatan dan
keuntungan bagi produsen, khususnya petani.
"Sasaran pengembangan kelapa sawit 2011 diperkirakan mencapai 8,91 juta hektar dengan produksi 22,51 juta ton," ujarnya.
Sedangkan
laju pertumbuhan rata-rata volume ekspor kelapa sawit selama 2007-2010
sebesar 19,76% per tahun dengan peningkatan ekspor rata-rata 29,90% per
tahun.
Realisasi ekspor komoditi kelapa sawit sampai triwulan III
2011 telah mencapai volume 14,52 juta ton dengan nilai US$14,29 miliar.
"Dan neraca perdagangan untuk komoditi kelapa sawit sampai dengan
triwulan III 2011 telah mencapai US$14,26 miliar," tandas Gamal.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, SENIN, 9 JANUARI 2012