Aset Holding BUMN Perkebunan Capai Rp 30 Triliun
07 Maret 2011
Admin Website
Artikel
4791
Jakarta -
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) optimistis dapat
merampungkan pembentukan induk usaha alias holding BUMN perkebunan pada
semester I-2011. Dengan adanya holding, aset BUMN perkebunan akan
mencapai Rp 30 triliun sehingga memberikan multiplier effect kepada industri perbankan untuk memberikan pembiayaan.
Demikian disampaikan oleh Sekretaris Menteri BUMN Mahmudin Yasin ketika ditemui di Gedung DPR-RI, Senayan, Jakarta, Senin (7/3/2011).
"Saat ini aset BUMN perkebunan itu kan mencapai Rp 20 triliun kalau semua bergabung maka space leverage-nya bisa lebih tinggi mencapai Rp 30 triliun, sehingga kapasitas meminjam di bank itu bisa terdongkrak," ujar Yasin.
Menurutnya, saat ini Perpres mengenai pembentukan holding perkebunan tersebut sedang dituntaskan di Kementerian Keuangan yang nantinya di harmonisasikan di Kementerian Hukum dan HAM.
"Sehingga di akhir semester I-2011 ini bisa terwujud dan bisa selesai," jelas Yasin.
Pada kesempatan yang sama Deputi Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis Kementerian BUMN Pandu Djajanto menyampaikan, dengan aset BUMN perkebunan yang mencapai Rp 20 triliun saat ini jika dikembangkan bisa mencapai Rp 30 triliun. Sehingga, lanjut Pandu industri perbankan khususnya bank Persero bisa menyalurkan pembiayaan dengan mudah.
"Nanti kan memberikan multiplier effect yang baik sehinggga perbankan kita bisa masuk," tuturnya.
Menurutnya, ketika aset BUMN perkebunan tidak dijadikan satu maka masing-masing perusahaan perkebunan itu rata-rata asetnya hanya Rp 2 triliun. Maka, dari PTPN I hingga PTPN 14 digabung serta ditambah PT RNI menjadi satu maka akan lebih bagus.
"Minggu ini Perpresnya akan dibawa ke Kemenkumham sehingga di semester I-2011 akhirlah bisa selesai," tambahnya.
Mengenai proses privatisasi melalui Penawaran Saham Perdana (IPO), Pandu mengatakan rencana salah satu BUMN perkebunan yang ingin go-public belum akan dilakukan di tahun 2011. Menurutnya, Kementerian BUMN hanya mengupayakan PT Semen Baturaja (Persero) untuk IPO.
"Yang lain saya kira masih belum, hanya satu lagi di tahun ini yaitu Semen Baturaja," jelasnya.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, SENIN, 7 MARET 2011
Demikian disampaikan oleh Sekretaris Menteri BUMN Mahmudin Yasin ketika ditemui di Gedung DPR-RI, Senayan, Jakarta, Senin (7/3/2011).
"Saat ini aset BUMN perkebunan itu kan mencapai Rp 20 triliun kalau semua bergabung maka space leverage-nya bisa lebih tinggi mencapai Rp 30 triliun, sehingga kapasitas meminjam di bank itu bisa terdongkrak," ujar Yasin.
Menurutnya, saat ini Perpres mengenai pembentukan holding perkebunan tersebut sedang dituntaskan di Kementerian Keuangan yang nantinya di harmonisasikan di Kementerian Hukum dan HAM.
"Sehingga di akhir semester I-2011 ini bisa terwujud dan bisa selesai," jelas Yasin.
Pada kesempatan yang sama Deputi Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis Kementerian BUMN Pandu Djajanto menyampaikan, dengan aset BUMN perkebunan yang mencapai Rp 20 triliun saat ini jika dikembangkan bisa mencapai Rp 30 triliun. Sehingga, lanjut Pandu industri perbankan khususnya bank Persero bisa menyalurkan pembiayaan dengan mudah.
"Nanti kan memberikan multiplier effect yang baik sehinggga perbankan kita bisa masuk," tuturnya.
Menurutnya, ketika aset BUMN perkebunan tidak dijadikan satu maka masing-masing perusahaan perkebunan itu rata-rata asetnya hanya Rp 2 triliun. Maka, dari PTPN I hingga PTPN 14 digabung serta ditambah PT RNI menjadi satu maka akan lebih bagus.
"Minggu ini Perpresnya akan dibawa ke Kemenkumham sehingga di semester I-2011 akhirlah bisa selesai," tambahnya.
Mengenai proses privatisasi melalui Penawaran Saham Perdana (IPO), Pandu mengatakan rencana salah satu BUMN perkebunan yang ingin go-public belum akan dilakukan di tahun 2011. Menurutnya, Kementerian BUMN hanya mengupayakan PT Semen Baturaja (Persero) untuk IPO.
"Yang lain saya kira masih belum, hanya satu lagi di tahun ini yaitu Semen Baturaja," jelasnya.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, SENIN, 7 MARET 2011