
Lada
(Piper nigrum L.) atau sahang merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan
Provinsi Kalimantan Timur, yang memegang peran strategis dalam perekonomian masyarakat
di wilayah ini. Sejak zaman Hindia Belanda lada sudah menyebar di Kalimantan Timur
dan merupakan salah satu daerah sentra pembudidayaan lada di Asia Tenggara. Jenis
tanaman lada ini oleh masyarakat setempat disebut varietas lokal, yang
mempunyai ciri khas dapat berbuah hampir sepanjang tahun.
Lada
Kalimantan Timur, mulai ditanam di daerah Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara
pada era tahun 1960-1970 bersama dengan proyek jalan Kalimantan (perlintasan jalan
Samarinda-Balikpapan). Di daerah tersebut lada mulai ditanam secara intensif oleh
kaum pendatang, orang Bugis yang dating dari Sulawesi Selatan. Asal-usul lada
local tersebut sampai saat ini belum secara jelas diketahui. Namun, dari penuturan
para sesepuh kampung di Muara Badak, konon sejak nenek moyang mereka bermukim sudah
ada lada. Populasi lada yang ada di Kalimantan Timur diduga dibawa oleh pedagang
Arab bersamaan dengan penyebaran lada di Sumatra dan Jawa (Purseglove,1982).
Saat
ini, yang dikenal dengan lada lokal Kalimantan Timur (lada Malonan 1), banyak
dibudidayakan di Loa janan, terutama desa Batuah, mulai dari km 17 sampai km
33. Lada yang berkembang di desa Batuah, kecamatan Loa janan, Kabupaten KutaiKartanegara
(dulu Kab. Kutai), mulai ditanam pada tahun
1976 oleh seorang petani bernama Wahab Ukas. Pria asal Bone, Sulawesi
Selatan, menanam lada di dusun Karya Makmur, Desa Batuah yang kala itu penduduknya
masih jarang. Benih lada yang digunakan berasal dari Muara Badak yang dibawa oleh
keluarganya. Warga Batuah bertambah karena pendatang dari Bone dan Soppeng, Sulawesi
Selatan.
Pada tahun 1980, panen raya pertanaman lada milik Wahab Ukas telah mengantarnya
ke tanah suci. Beberapa tahun kemudian keberhasilan Wahab Ukas, diikuti oleh puluhan
penduduk Batuah lainnya, dan nyata mengantarkan mereka menunaikan ibadah haji
ketanah suci, menopang pendapatan keluarga serta mengantar anak-anak mereka menjadi
sarjana. Sejak saat itu, lada Malonan 1 terus berkembang di Loa Janan, bahkan menyebar
ke daerah sekitar Loa Janan, seperti Samboja dan daerah lain di Kab. Penajam Paser
Utara, seperti Sepaku dan Semoi.
Komponen Mutu Lada Malonan 1
1. Kadar
minyakAtsiri (%)
· Lada
putih :2,35
· Lada
hitam :2,61
· Lada
enteng :2,90
2. Kadar
Piperin (%)
· Lada
putih :3,82
· Lada
hitam :3,18
· Lada
enteng :3,96
3. Kadar
Oleoresin (%)
· Lada
putih :11,23
· Lada
hitam :15,60
· Lada
enteng :12,59
4. Rata-rata
produksi lada putih 2,17 ton/ha/tj.
5. Produksi
sepanjang tahun
Lada Malonan 1 mengandung minyak astiri
2,35%, oleoresin 11,23%, dan piperin 3,82, lebih tinggi dari oleoresin dan piperin
lada putih varietas Petaling1 (10,66% dan 3,03%); lada enteng dengan kandungan minyak
atsiri 2,90%, piperin 3,96%, dan oleoresin 12,59%; lada hitam dengan kandungan minyak
atsiri 2,61%, oleoresin 15,60%, dan piperin 3,18%, lebih tinggi dari oleoresin
dan piperin lada hitam varietas Natar 1 (11,29% dan 2,355).
Pengembangan Lada Malonan 1
Sebagai salah satu komoditas perkebunan unggulan di
Provinsi Kalimantan Timur, pembudidayaan lada di Kalimantan Timur menyebar di 9
Kabupaten/Kota. Areal pengembangan terluas adalah kabupaten KutaiKartanegara,
3.757 ha (Disbun Kaltim, 2014). Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur melalui Dinas
Perkebunan, telah mengembangkan tanaman lada sampai akhir
tahun 2013, seluas 4.231 ha. Upaya mengembalikan kejayaan lada Kaltim
(Samarinda White Pepper) Disbun Prov. Kaltim telah menyusun target pencapaian luas
areal penanaman lada dan produksi selama lima tahun (2014-2018) sebagai berikut:
A. Tahun 2014 capaian
luas 9.500 ha dengan produksi 6.331 ton.
B. Tahun 2015 capaian
luas 10.000 ha dengan produksi 6.890 ton.
C. Tahun 2016 capaian
luas 10.500 ha dengan produksi 7.464 ton.
D. Tahun 2017 capaian
luas 11.000 ha dengan produksi 7. 992 ton
E. Dan
pada tahun 2018 areal penanaman ditargetkan
dapat mencapai 11.500 ha dengan produksi 8.674 ton.
Penambahan
perluasan penanaman Lada seluas 500 ha per tahun ini dengan jarak tanam 1,6 m x
1,8 m memerlukan 1.500.000 bibit per tahun. Sedangkan untuk keperluan masyarakat
selama 5 (lima) tahun kedepan diprediksi 500 ha per tahun, sehingga total
keperluan bibit lada rata-rata 2.500.000 - 3.000.000 pertahunnya.
Bibit
lada yang biasa dipakai oleh petani Kecamatan Loa Janan dan Muara Badak Kabupaten
Kutai Kartanegara adalah 5 sampai 6 ruas atau akar dari tanaman induk lada.
Untuk perluasan areal penanaman lada tersebut, diperlukan sumber benih bermutu
(benih bina) yang berasal dari lada lokal Kalimantan Timur di Kecamatan Loa
Janan dan Muara Badak, Kab Kutai Kartanegara yang telah dilepas sebagai varietas
unggul lada berkadar Oleoresin tinggi (pedas), dengan nama Malonan 1 sesuai dengan
keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 448/Kpts/KB.120/7/2015
tanggal 6 Juli 2015 tentang Pelepasan Lada Varietas Malonan 1 sebagai Varietas Unggul.
SUMBER : BIDANG PENGEMBANGAN KOMODITI