April, Ekspor Kakao Hanya 10.000 Ton
03 Mei 2010
Admin Website
Artikel
4571
Sekretaris Jendral Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Zulhefi Sikumbang menjelaskan, volume ekspor kakao para anggotanya di bulan April kemarin hanya 10.000 ton. Padahal, normalnya ekspor mereka berkisar 30.000 hingga 40.000 ton.
#img1# Kita-kira setengah dari ekspor yang 10.000 ton itu selama April itu dilakukan oleh eksportirnya tanpa harus merugi. Sebab, pemberitahuan ekspor barang (PEB) sudah dilakukan pada bulan sebelumnya. "Ekspor itu dilakukan sekitar minggu pertama bulan April," katanya. Karena itu, pengapalan kakao tersebut tidak terkena bea keluar.
Namun, untuk sekitar 5.000 ton sisanya, eksportirnya merugi. Soalnya, pembelinya tidak mau tahu soal kebijakan BK tersebut, karena BK tersebut tidak tercantum dalam kontrak yang mereka teken sebelumnya.
"Mereka diancam buyernya kalau tidak mengapalkan barangnya, di-blacklist," kata Zulhefi. Daripada dicap default alias gagal serah oleh pembelinya, eksportir terpaksa mengirim kakao. "Ini dialami oleh sekitar enam eksportir," tambah Zulhefi.
Lantas bagaimana dengan ekspor biji kakao bulan Mei ini dan selanjutnya? Menurut Zulhefi belum jelas benar bagaimana jadinya. Yang jelas, eksportir yang belum menantadatangani kontrak tentu akan berusaha memasukkan bea keluar tersebut dalam kontrak baru mereka.
Namun celakanya, menurut Zulhefi, banyak kalangan importir tidak mau tahu dengan kebijakan bea keluar. "Soalnya, mereka menganggap itu urusan eksportir, karena kebijakannya kan dikeluarkan oleh negara dar pengekspor," katanya.
DIKUTIP DARI KOMPAS, SENIN, 3 MEI 2010