500 Pabrik Sabut Kelapa Segera Didirikan
14 September 2012
Admin Website
Artikel
11157
JAKARTA. Asosiasi Industri Sabut Kelapa
Indonesia (AISKI) menargetkan pendirian pabrik sabut kelapa di Indonesia
pada tahun 2013 sebanyak 500 unit. Dengan demikian, tahun depan
Indonesia bisa memenuhi permintaan serat sabut kelapa atau coco fiber dunia sebesar 50 persen atau sebanyak 300.000 ton.
Ketua Umum AISKI Efli Ramli bersama Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Ady Indra Pawennari mengungkapkan hal itu seusai mempresentasikan programnya di depan Direktur Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Direktur Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Bappenas) Adhi Putra Alfian, Kamis (13/9/2012) di Jakarta.
Saat ini, Indonesia baru bisa memenuhi kebutuhan serat sabut kelapa dunia sekitar 10 persen atau sebesar 60.000 ton per tahun. "Target kita, tahun depan Indonesia sudah bisa memenuhi 50 persen kebutuhan dunia yang jumlahnya mencapai 600.000 ton per tahun," ungkapnya.
Efli yakin target pendirian 500 pabrik pengolahan sabut kelapa di semua sentra perkebunan kelapa Indonesia dapat terpenuhi menyusul tanggapan positif pemerintah melalui pemberdayaan koperasi dan usaha kecil menengah pedesaan. Selain itu, sejumlah calon investor juga sudah menyatakan berminat untuk menggarap potensi sabut kelapa ini.
"Berdasarkan data AISKI, saat ini kita sudah punya 150 pabrik pengolahan sabut kelapa, tapi yang produktif sekitar 100 unit dengan produksi rata-rata berkisar 200 ton per hari," ungkapnya.
Setiap pabrik sabut kelapa di Indonesia rata-rata hanya mampu mengolah 16.000 butir sabut kelapa per hari atau 4,8 juta butir sabut kelapa per tahun. Sementara itu, potensi sabut kelapa Indonesia mencapai 15 miliar butir per tahun. "Kita baru mampu mengolah 480 juta butir sabut kelapa per tahun atau masih di bawah 1 persen," katanya.
Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan AISKI Ady Indra Pawennari menambahkan, potensi sabut kelapa Indonesia yang belum dimanfaatkan menjadi komoditas bernilai ekonomi mencapai 14 miliar butir per tahun. Harga pembelian sabut kelapa petani di pabrik pengolahan sabut kelapa Rp 40-Rp 70 per butir. "Dengan demikian, petani kelapa kehilangan potensi pendapatan sekitar Rp 840 miliar per tahun," tambahnya.
Harga penjualan serat sabut kelapa di pasar internasional 300 dollar AS-400 dollar AS per ton, sedangkan harga coco peat 200 dollar AS-225 dollar AS per ton. Setiap butir sabut kelapa rata-rata menghasilkan coco peat sebanyak 65 persen atau sekitar 0,39 kilogram dan serat sabut kelapa sebanyak 25 persen atau sekitar 0,15 kilogram.
DIKUTIP DARI KOMPAS, JUMAT, 14 SEPTEMBER 2012
Ketua Umum AISKI Efli Ramli bersama Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Ady Indra Pawennari mengungkapkan hal itu seusai mempresentasikan programnya di depan Direktur Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Direktur Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Bappenas) Adhi Putra Alfian, Kamis (13/9/2012) di Jakarta.
Saat ini, Indonesia baru bisa memenuhi kebutuhan serat sabut kelapa dunia sekitar 10 persen atau sebesar 60.000 ton per tahun. "Target kita, tahun depan Indonesia sudah bisa memenuhi 50 persen kebutuhan dunia yang jumlahnya mencapai 600.000 ton per tahun," ungkapnya.
Efli yakin target pendirian 500 pabrik pengolahan sabut kelapa di semua sentra perkebunan kelapa Indonesia dapat terpenuhi menyusul tanggapan positif pemerintah melalui pemberdayaan koperasi dan usaha kecil menengah pedesaan. Selain itu, sejumlah calon investor juga sudah menyatakan berminat untuk menggarap potensi sabut kelapa ini.
"Berdasarkan data AISKI, saat ini kita sudah punya 150 pabrik pengolahan sabut kelapa, tapi yang produktif sekitar 100 unit dengan produksi rata-rata berkisar 200 ton per hari," ungkapnya.
Setiap pabrik sabut kelapa di Indonesia rata-rata hanya mampu mengolah 16.000 butir sabut kelapa per hari atau 4,8 juta butir sabut kelapa per tahun. Sementara itu, potensi sabut kelapa Indonesia mencapai 15 miliar butir per tahun. "Kita baru mampu mengolah 480 juta butir sabut kelapa per tahun atau masih di bawah 1 persen," katanya.
Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan AISKI Ady Indra Pawennari menambahkan, potensi sabut kelapa Indonesia yang belum dimanfaatkan menjadi komoditas bernilai ekonomi mencapai 14 miliar butir per tahun. Harga pembelian sabut kelapa petani di pabrik pengolahan sabut kelapa Rp 40-Rp 70 per butir. "Dengan demikian, petani kelapa kehilangan potensi pendapatan sekitar Rp 840 miliar per tahun," tambahnya.
Harga penjualan serat sabut kelapa di pasar internasional 300 dollar AS-400 dollar AS per ton, sedangkan harga coco peat 200 dollar AS-225 dollar AS per ton. Setiap butir sabut kelapa rata-rata menghasilkan coco peat sebanyak 65 persen atau sekitar 0,39 kilogram dan serat sabut kelapa sebanyak 25 persen atau sekitar 0,15 kilogram.
DIKUTIP DARI KOMPAS, JUMAT, 14 SEPTEMBER 2012