JAKARTA. Uni Eropa bakal kesulitan mendapatkan bahan baku pengganti minyak sawit
mentah atau Crude Palm Oil (CPO) apabila mereka terus melakukan
'kampanye hitam'. Larangan atau hambatan CPO di Uni Eropa justru akan memicu inflasi bagi negara-negara di Eropa.
"Kita
masih dikenakan kampanye negatif di negara Eropa. Masyarakat Eropa
sudah paham betul mereka tidak mungkin tidak mengkonsumsi sawit baik
secara teknis maupun non teknis. Eropa akan terjadi inflasi tinggi bila
tidak menggunakan sawit. Produktivitas sawit 9 kali lebih banyak bila
dibandingkan kedelai," tutur Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi
saat ditemui di Kantor Kementerian Perdagangan Jalan Ridwan Rais
Jakarta, Jumat (21/03/2014).
Bayu menjelaskan ekspor CPO
Indonesia ke Eropa cukup besar. Bahkan Indonesia adalah pemasok utama
kebutuhan CPO Eropa. Setiap tahun rata-rata ekspor CPO Indonesia ke
Eropa mencapai 3,5 juta ton sedangkan kebutuhan CPO Eropa mencapai 6,3
juta ton.
"Indonesia jadi supplier terbesar ke Eropa," imbuhnya.
Ia
meminta Uni Eropa bisa menghilangkan kampanye hitam atas sawit
Indonesia. Alasannya Indonesia adalah negara terbesar penghasil sawit
bersertifikat ramah lingkungan dan berkelanjutan di dunia (RSPO).
"Hasilnya
kita sudah bisa meyakinkan sawit kita itu sustainable. Dari 8,2 juta
ton sawit yang bersertifikat berkelanjutan di dunia, 4,8 juta ton
diantaranya diproduksi di Indonesia. Jadi Indonesia adalah produsen
sawit bersertifikat berkelanjutan terbesar di dunia," jelasnya.