JAKARTA. Pemerintah terus meningkatkan sektor hilir produk karet melalui
pengembangan industri "crumb rubber" untuk meningkatkan penghasilan
petani.
"Walaupun produk karet alam Indonesia sudah banyak
dimanfaatkan, komponen hilir produk karet masih perlu ditingkatkan. Saat
ini, penggunaan karet untuk industri ban di Indonesia 40 persen bahan
baku ban berasal dari karet alam dan 50 persen karet sintetis, sementara
sisanya masih impor," kata Direktur Jenderal (Dirjen) Basis Industri
Manufaktur Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Panggah Susanto, di
Jakarta, Selasa (28/8).
Indonesia, menurut Panggah, sudah mampu
memproduksi butadiene sebagai bahan baku ban. Namun, sebagian besar
karet alam dari petani lebih banyak yang diekspor dalam bentuk "crumb
rubber" (karet kering).
"Industri hulu 'crumb rubber' di
Indonesia merupakan terbanyak nomor dua di dunia. Pengembangan industri
hulu karet harus ditingkatkan dengan ekstensifikasi kebun karet atau
produktivitas per hektarnya," paparnya.
Pengembangan industri hulu "crumb rubber", lanjut Panggah, memiliki efisiensi yang tinggi.
"Selama
ini, turunnya harga karet internasional membuat petani kecewa. Sebagian
petani tidak mau menanam karet dan menggantinya dengan komoditas lain,"
ujarnya.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag)
harga karet dunia berada pada kisaran 2,32,6 dolar AS per kilogram (kg).
Sedangkan pada Maret, harga karet dunia mencapai 3,8 dolar AS per kg.
Dengan harga karet yang diterima petani sekarang, petani tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
DIKUTIP DARI INVESTOR DAILY, SELASA, 28 AGUSTUS 2012