Produsen Sawit Keluhkan Banyaknya Pungli
14 Februari 2011
Admin Website
Artikel
3973
Jakarta -
Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) ikut 'berteriak'
terhadap maraknya praktek pungutan liar (pungli) yang dialami oleh
produsen sawit skala besar. Banyaknya pungutan ke pengusaha besar
berimbas pada tekanan ke petani kecil termasuk dalam hal posisi tawar
harga jual tandan buah segar (TBS) ke produsen..
"Ini ibarat teori domino kalau mereka banyak kena pungutan, kita kena juga," kata Sekjen Apkasindo Asmar Arsyad di acara rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR-RI, Senin (14/2/2011).
Asmar menjelaskan pungutan yang harus dibebankan ke produsen sawit mulai dari pungutan resmi sampai hingga pungutan tak resmi seperti 'jatah preman' dll. Sementara pengutan resmi banyak muncul dalam bentuk peraturan daerah (perda) yang cenderung membebankan pelaku usaha.
"Di daerah ada pungutan Rp 400 juta selama 3 tahun untuk setiap pabrik untuk izin gangguan. Jadi kalau banyak pungutan, petani yang ditekan," ucapnya.
Hal ini menurut Asmar, menimbukkan kecenderungan produsen sawit untuk enggan membayar pajak. Sehingga ia menduga banyak sosok 'Gayus-Gayus' di daerah sebagai imbas dari praktek banyaknya pungutan ke produsen sawit baik resmi maupun tak resmi.
"Tolong lah dibereskan pajak resmi, maupun pungli hampir 60% itu," katanya.
"Ini ibarat teori domino kalau mereka banyak kena pungutan, kita kena juga," kata Sekjen Apkasindo Asmar Arsyad di acara rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR-RI, Senin (14/2/2011).
Asmar menjelaskan pungutan yang harus dibebankan ke produsen sawit mulai dari pungutan resmi sampai hingga pungutan tak resmi seperti 'jatah preman' dll. Sementara pengutan resmi banyak muncul dalam bentuk peraturan daerah (perda) yang cenderung membebankan pelaku usaha.
"Di daerah ada pungutan Rp 400 juta selama 3 tahun untuk setiap pabrik untuk izin gangguan. Jadi kalau banyak pungutan, petani yang ditekan," ucapnya.
Hal ini menurut Asmar, menimbukkan kecenderungan produsen sawit untuk enggan membayar pajak. Sehingga ia menduga banyak sosok 'Gayus-Gayus' di daerah sebagai imbas dari praktek banyaknya pungutan ke produsen sawit baik resmi maupun tak resmi.
"Tolong lah dibereskan pajak resmi, maupun pungli hampir 60% itu," katanya.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, SENIN, 14 PEBRUARI 2011