
SAMARINDA. Sawit dengan segala pro dan kontranya
ternyata masih jadi primadona untuk sektor perkebunan di Kaltim.
Berhasil mencapai 1 juta hektare (ha), lima tahun berjalan ini Pemprov
Kaltim menargetkan 1,4 juta ha pembukaan lahan sawit baru. Impiannya,
bukan hanya memasok minyak sawit tapi juga bisa memproduksi biofuel.
Kemudian pada saat bersamaan, menargetkan 2 juta ekor sapi.
Menurut M Firdaus dari Institut Pertanian Bogor (IPB), sawit punya
daya saing ekonomi tinggi. Ini dipaparkan di Rapat Koordinasi
Pembangunan Perkebunan (Rakorbun) di Lamin Etam, Kamis (24/4) pagi.
Firdaus memperlihatkan fakta permintaan pasar ekonomi global. Guru
besar IPB ini membeberkan fakta bahwa permintaan minyak sawit sangat
tinggi dibanding jenis minyak lain.
Menukil data dari Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO),
permintaan minyak sawit bersaing dengan minyak kedelai. Pada 2010
permintaan pasar minyak kelapa sawit menempati posisi pertama (selengkapnya lihat infografis).
Kabar baiknya lagi, Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar
di dunia. Indonesia memasok 50 persen produksi minyak sawit sementara
Malaysia hanya 38 persen. Sisanya diisi Thailand, Nigeria, Kolombia, dan
lainnya. Posisi Kaltim di garis terdepan produksi sawit. Pasar ini
menjadi peluang besar produksi sawit bagi Kaltim.
"Sawit banyak diserang isu-isu lain ketimbang kenyataan produksinya.
Misalnya penelitian minyak sawit penyebab kanker, padahal tidak jelas
hasil penelitiannya," ujar Firdaus.
Belum lagi isu sawit dinilai kurang berdaya saing ekonomi kerakyatan.
Padahal, lanjutnya, tidak hanya sawit, semua komoditas perkebunan
memiliki nilai ekonomi kesejahteraan lima kali lipat dari sektor
pertanian. Fakta lain, penguasaan lahan perkebunan sawit lebih besar di
lahan perkebunan rakyat. Dari sawit tidak hanya minyaknya, limbah sawit
pun bisa dimanfaatkan untuk biodiesel.
Selain itu, produksi minyak sawit dibanding minyak kedelai jauh lebih
gampang. "Minyak kedelai memerlukan lahan jauh lebih luas dibanding
sawit," terangnya. Angka perbandingannya, untuk produksi 30 persen
minyak sawit perlu lahan 5 persen. Sedangkan 21 persen produksi minyak
kedelai memerlukan 40,7 persen luasan lahan produksi.
Sementara itu, Etnawati Usman, kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Kaltim
menuturkan, target 1,4 juta ha itu sudah diperhitungkan. Jadi dia
menjamin bukan hanya isapan jempol. "Kami hitung berdasarkan izin-izin
per kabupaten," ujarnya.
Target produksi sawit Kaltim ini, jelasnya, juga untuk menyambut Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy.
Etna mengatakan, konsentrasi produksi akan ditingkatkan di Kutai
Timur, Kutai Barat, dan Berau. "Maunya nanti sawit ini juga terintegrasi
dengan sapi. Apalagi ada target 2 juta ekor sapi," terangnya.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, JUMAT, 25 APRIL 2014