Petani Perlu Bangun Kemitraan
25 Juni 2012
Admin Website
Artikel
8659
SAMARINDA. Petani selaku utama di sektor pertanian harus menjalin
kemitraan dengan pelaku usaha. Hal ini penting dilakukan sebagai langkah
untuk memudahkan pemasaran hasil komoditi pertaniannya.
"Pelaku utama sewajarnya bermitra dengan pelaku usaha, terutama untuk keperluan memperluas jaringan pemasaran hasil produksi komoditi pertaniannya," kata Aisiten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setprov Kaltim HM Sa'bani pada Workshop Pembentukkan Balai Penyuluh Pertanian Model Kabupaten/Kota se-Kaltim di Samarinda, pekan lalu.
Kemitraan ini perlu dibangun, karena pasar hasil komoditi pertanian akan semakin terbuka apabila para petani memiliki mitra atau pembeli (pihak yang memasarkan hasil pertanian) yang baik.
Sehingga hasil komoditi pertanian terjamin pemasarannya. Karena selama ini banyak permasalahan yang terjadi di tingkat pelaku utama karena tidak mampu memasarkan hasil produksinya.
Hal ini disebabkan selain sarana dan prasarananya pertanian yang masih sangat terbatas, juga kondisi infrastruktur di sentra-sentra pertanian belum tersedia dengan baik. Namun, masalah ini akan dapat teratasi apabila petani bermitra dengan pelaku usaha.
"Sulitnya pemasaran ini tidak hanya terjadi di Kaltim tetapi hampir merata terjadi di seluruh daerah-sentra-sentra pertanian di Indonesia," ujarnya. Padahal, banyak pihak-pihak swasta yang ingin menjalin kemitraan dengan para petani.
Kondisi ini terjadi karena para petani belum mengerti secara jelas mengenai upaya yang dapat dilakukannya khususnya pemasaran terhadap hasil-hasil produksinya, sehingga komoditi pertanian dapat terserap dipasaran dengan harga yang memadai.
Contoh lajutnya, masih banyak petani di desa-desa yang menjual hasil pertaniannya kepada "tengkulak". Padahal, pembelian dari pihak tengkulak ini dengan harga yang jauh dibawah harga yang menguntungkan bagi para petani.
"Karenanya, kemitraan yang dibangun para petani selaku pelaku utama dengan pelaku usaha yang baik tentunya akan memberikan patokan harga yang baik pula untuk hasil komoditinya bahkan menguntungkan, selain terhindar dari permainan harga yang dilakukan para tengkulak," jelas Sa'bani.
Ditambahkannya, saat ini di Kaltim telah beroperasi beberapa perusahaan besar untuk tanaman pangan, seperti Solaria, Sang Hyang Seri dan PT Jagung Raya. "Melalui pola kemitraan, tentunya jaminan pasar sudah ditangan dan tengkulak tidak sempat masuk, sehingga harga dapat menguntungkan para petani," ujarnya.(yans/hmsprov)
SUMBER : HUMAS PROV. KALTIM
"Pelaku utama sewajarnya bermitra dengan pelaku usaha, terutama untuk keperluan memperluas jaringan pemasaran hasil produksi komoditi pertaniannya," kata Aisiten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setprov Kaltim HM Sa'bani pada Workshop Pembentukkan Balai Penyuluh Pertanian Model Kabupaten/Kota se-Kaltim di Samarinda, pekan lalu.
Kemitraan ini perlu dibangun, karena pasar hasil komoditi pertanian akan semakin terbuka apabila para petani memiliki mitra atau pembeli (pihak yang memasarkan hasil pertanian) yang baik.
Sehingga hasil komoditi pertanian terjamin pemasarannya. Karena selama ini banyak permasalahan yang terjadi di tingkat pelaku utama karena tidak mampu memasarkan hasil produksinya.
Hal ini disebabkan selain sarana dan prasarananya pertanian yang masih sangat terbatas, juga kondisi infrastruktur di sentra-sentra pertanian belum tersedia dengan baik. Namun, masalah ini akan dapat teratasi apabila petani bermitra dengan pelaku usaha.
"Sulitnya pemasaran ini tidak hanya terjadi di Kaltim tetapi hampir merata terjadi di seluruh daerah-sentra-sentra pertanian di Indonesia," ujarnya. Padahal, banyak pihak-pihak swasta yang ingin menjalin kemitraan dengan para petani.
Kondisi ini terjadi karena para petani belum mengerti secara jelas mengenai upaya yang dapat dilakukannya khususnya pemasaran terhadap hasil-hasil produksinya, sehingga komoditi pertanian dapat terserap dipasaran dengan harga yang memadai.
Contoh lajutnya, masih banyak petani di desa-desa yang menjual hasil pertaniannya kepada "tengkulak". Padahal, pembelian dari pihak tengkulak ini dengan harga yang jauh dibawah harga yang menguntungkan bagi para petani.
"Karenanya, kemitraan yang dibangun para petani selaku pelaku utama dengan pelaku usaha yang baik tentunya akan memberikan patokan harga yang baik pula untuk hasil komoditinya bahkan menguntungkan, selain terhindar dari permainan harga yang dilakukan para tengkulak," jelas Sa'bani.
Ditambahkannya, saat ini di Kaltim telah beroperasi beberapa perusahaan besar untuk tanaman pangan, seperti Solaria, Sang Hyang Seri dan PT Jagung Raya. "Melalui pola kemitraan, tentunya jaminan pasar sudah ditangan dan tengkulak tidak sempat masuk, sehingga harga dapat menguntungkan para petani," ujarnya.(yans/hmsprov)
SUMBER : HUMAS PROV. KALTIM