Petani Jepang Sukses karena Ditempa Musim
22 Juni 2011
Admin Website
Artikel
6206
Berbeda dengan Indonesia yang hanya memiliki dua musim, Negara Jepang
memiliki empat musim, yaitu musim panas, dingin, semi dan musim gugur.
Inilah yang menempa petani Jepang sehingga memiliki karakter dan
disiplin tinggi dalam bercocok tanam.
Seorang petani jeruk Jepang, Hasizume Takashi mengatakan dirinya menanam jeruk di lahan seluas empat hektare yang terdiri dari beberapa jenis jeruk sesuai dengan musim. Jeruk jenis Nakata dipanen November, jenis Okute pada Desember. Sementara itu jeruk jenis Dekopori panen pada Pebruari, jenis Shunpo dipanen Maret dan jenis Lomon serta Natsumi panen bulan April.
"Saat penen saya dibantu istri dan anak serta lima orang peserta magang dari berbagai negara Asean," ujarnya dalam Bahasa Jepang. Menurut dia, dirinya sangat senang mendapat kunjungan sejumlah petani muda dari berbagai negara anggota Asean yang ingin belajar pertanian di kebunnya.
Selama ini, Hasizume Takashi, menerima dua orang petani muda dari Filipina, tiga orang dari Thailand dan Sembilan orang dari Indonesia.
"Program menerima petani muda tersebut membuat saya senang dan terkadang menemui kesulitan terutama bahasa. Saya memberikan ilmu sebanyak mungkin tidak saja ilmu pertanian, tetapi juga bahasa, budaya dan kehidupan Jepang," ucapnya.
Dirinya merasa prihatin, karena di banyak Negara Asean terutama di Jepang sudah kurang peduli lagi terhadap pertanian. Pertukaran petani antar Asean, menurutnya perlu lebih mendapat perhatian, padahal mayoritas masyarakat Asean masih menjadikan nasi sebagai bahan pokok.
"Saya siap menerima petani muda yang masih mempunyai jiwa, harapan dan semangat untuk bercocok tanam di sektor pertanian. Semoga pengiriman petani muda dari Asean ini ke depannya dapat lebih baik," ujarnya.
Dirinya berpesan agar petani di Asean dapat memproduksi tanaman dengan baik dengan menjaga kualitas produksi. Selain itu, sangat penting untuk memperhatikan fenomena alam sehingga petani dapat menanam dan panen sesuai dengan iklim dan cuaca.
SUMBER : HUMAS PROV. KALTIM
Seorang petani jeruk Jepang, Hasizume Takashi mengatakan dirinya menanam jeruk di lahan seluas empat hektare yang terdiri dari beberapa jenis jeruk sesuai dengan musim. Jeruk jenis Nakata dipanen November, jenis Okute pada Desember. Sementara itu jeruk jenis Dekopori panen pada Pebruari, jenis Shunpo dipanen Maret dan jenis Lomon serta Natsumi panen bulan April.
"Saat penen saya dibantu istri dan anak serta lima orang peserta magang dari berbagai negara Asean," ujarnya dalam Bahasa Jepang. Menurut dia, dirinya sangat senang mendapat kunjungan sejumlah petani muda dari berbagai negara anggota Asean yang ingin belajar pertanian di kebunnya.
Selama ini, Hasizume Takashi, menerima dua orang petani muda dari Filipina, tiga orang dari Thailand dan Sembilan orang dari Indonesia.
"Program menerima petani muda tersebut membuat saya senang dan terkadang menemui kesulitan terutama bahasa. Saya memberikan ilmu sebanyak mungkin tidak saja ilmu pertanian, tetapi juga bahasa, budaya dan kehidupan Jepang," ucapnya.
Dirinya merasa prihatin, karena di banyak Negara Asean terutama di Jepang sudah kurang peduli lagi terhadap pertanian. Pertukaran petani antar Asean, menurutnya perlu lebih mendapat perhatian, padahal mayoritas masyarakat Asean masih menjadikan nasi sebagai bahan pokok.
"Saya siap menerima petani muda yang masih mempunyai jiwa, harapan dan semangat untuk bercocok tanam di sektor pertanian. Semoga pengiriman petani muda dari Asean ini ke depannya dapat lebih baik," ujarnya.
Dirinya berpesan agar petani di Asean dapat memproduksi tanaman dengan baik dengan menjaga kualitas produksi. Selain itu, sangat penting untuk memperhatikan fenomena alam sehingga petani dapat menanam dan panen sesuai dengan iklim dan cuaca.
SUMBER : HUMAS PROV. KALTIM